Pembuluh darah koroner merupakan saluran pembuluh darah yang membawa darah
mengandung O2 dan makanan yang dibutuhkan oleh miokard agar dapat berfungsi
dengan baik. Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan
arterioskelerosis atau pengerasan pembuluh darah nadi, yang dikenal sebagai
atherosclerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi
endapan – endapan lemak pada dindingnya.
Penyakit kardovaskuler ini merupakan nilai kematian terbesar di Indonesia.
Sehingga diperlukan strategi penatalaksanaan dalam menegakkan diagnose Sindroma
Koroner Akut (SKA) secara optimal. Secara klinis infark akut tanpa elevasi ST (
NSTEMI ) sangat mirip dengan angina tidak stabil. Dalam kaitannya dengan
jantung, sindroma ini disebut Angina Pectoris, yang disebabkan oleh karena
ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dengan penyediaanya. Yang
membedakan adalah adanya enzyme petanda jantung yang positif dan terdiri dari
infark miokard akut dengan atau tanpa elevasi segmen ST serta angina pectoris
yang tak stabil.
DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit jantung
koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri dari
infark miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi segmen ST
(ST Elevation Myocard Infark/ STEMI), infark miokard akut tanpa elevasi
segmen ST (Non STEMI) dan angina pektoris tidak stabil (APTS). Penyakit ini
timbul akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang melayani otot-otot
jantung oleh atherosclerosis yang terbentuk secara progresif
dari masa kanak-kanak.
ETIOLOGI
Angina pectoris disebabkan karena berkurangnya aliran darah koroner,
sehingga akan menyebabkan suplay oksigen ke jantung tidak adekuat.
Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung.
Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokonstruksi dan peningkatan
tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
Makan-makanan yang berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik
untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung (
pada jantung yang parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina
semakin memburuk).
Stress / berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan menyebabkan
frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya
tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
Beberapa kasus non aterosklerotik Sindrom Koroner Akut (SKA) dapat
disebabkan oleh:
Arteritis
Trauma
Diseksi
Tromboemboli
Kelainan kongenital
Kokain
Komplikasi tindakan kateterisasi jantung.
FAKTOR-FAKTOR RESIKO
Dapat Diubah (dimodifikasi)
Diet (hiperlipidemia)
Rokok
Hipertensi
Stress
Obesitas
Kurang aktifitas
Diabetes Mellitus
Pemakaian kontrasepsi oral
Tidak dapat diubah
Usia
Jenis Kelamin
Ras
Herediter
Kepribadian tipe A
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium
(dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri
tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan), Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5
menit dan tidak lebih dari 30 menit, Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat
atau pemberian nitrogliserin, Gambaran EKG : depresi segmen ST dan terlihat
gelombang T terbalik, gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul
serangan menjadi presentasi gejala yang sering ditemukan pada NSTEMI.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Elektro Kardiogram
(EKG)
2. Pemeriksaan Laboratorium
KOMPLIKASI
1. GAGAL JANTUNG KONGESTIF
2. DEFEK SEPTUM VENTRIKEL
3. RUPTUR JANTUNG
4. RUPTUR SEPTAL
5. RUPTUR OTOT PAPILARIS
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.
Dx: Nyeri dada berhubungan dengan penurunan aliran darah
koroner
Tujuan : nyeri dada
hilang
Kriteria hasil :
a) Laporkan nyeri dada mulai berkurang dengan segera
b) Tampak nyaman dan bebas nyeri
c) Cukup istirahat; kecepatan napas, frekuensi jantung, dan
tekanan darah kembali ke tingkat sebelum nyeri
d) Curah jantung adekuat, dibuktikan dengan: frekuensi dan irama
jantung, tekanan darah, mental yang baik, haluaran urin, BUN dan kreatinin
serum, warna, suhu, dan kelembaban kulit
Intervensi
a) Kaji, dokumentasi dan laporkan hal-hal berikut:
Keluhan pasien mengenai nyeri dada yang meliputi lokasi, radiasi, durasi
nyeri, dan faktor yang mempengaruhinya
Efek nyeri dada pada perfusi hemodinamik kardiovaskuler terhadap jantung,
otak, ginjal, dan kulit
Rasional :
Data tersebut membantu penyebab dan efek nyeri dada serta merupakan garis
besar untuk membandingkan gejala pasca terapi
Terdapat berbagai kondisi yang berhubungan dengan nyeri dada. Terdapat
temuan klinis yang khas pada nyeri iskemik
Infark miokardium menurunkan kontraktilitas jantung dancompliance ventrikel
dan dapat menimbulkan disritmia. Curah jantung menurun, mengakibatkan tekanan
darah dan perfusi jaringan menurun. Frekuansi kerja jantung meningkat sebagai
kompensasi untuk mempertahankan curah jantung
b) Lakukan pencatatan EKG 12 lead selama nyeri, sesuai yang
diresepkan untuk menenyukan luasnya infark
Rasional :
Pemeriksaan EKG selama nyeri berguna dalam mendiagnosa luasnya infark
miokardium atau adanya infark angina
c) Beri oksigen sesuai yang diresepkan
Rasional :
Terapi oksigen dapat meningkatkan suplai oksigen ke jantung bila saturasi
oksigen sebenarnya di bawah normal
d) Beri terapi obat sesuai resep dan evaluasi respon pasien
terus menerus
Rasional :
Terapinobat merupakan pertahanan petama untyk menjaga jaringan jantung, dan
efek obat sangat berbahaya maka respon pasien harus dikaji
e) Pastikan istirahat pasien cukup: gunakan pegangan pada
sisi tempat tidur; tinggikan tempat tidur bagian kepala untuk menambah
kenyamanan; diit cair bila dapat ditoleransi; sokong lengan selama melakukan
aktivitas ekstremitas atas; beri pencahar untuk mencegah mengejan saat buang
air besar; beri suasana tenang dan hilangkan ketakutan serta kecemasan dengan
selalu siap membantu, tenang, dan kompeten, kunjungan kerabat tidak sama bagi
setiap pasien tergantung respon pasien.
Rasional :
Istirahat fisik dapat mengurangi konsumsi oksigen jantung. Ketakutan dan
kecemasan dapat menyebabkan stres; berakibat mencetuskan katekolamin endogen,
yang dapat menyebabkan peningkatan konsumsi jantung. Dengan meningkatnya epinefrin
ambang nyeri jugan akan menurun dan akan meningkatkan konsumsi jantung
f) Tingkatkan kenyamanan fisik dengan menyediakan asuhan
keperawatan dasar kepada pasien
Rasional :
Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi kecemasan.
2.
Dx: Potensial pola pernapasan tidak efektif
berhubungan dengan kelebihan cairan
Tujuan : tidak terjadi
kesulitan pernapasan
Kriteria hasil :
a) Tidak merasakan napas pendek, dispnu ketika latihan,
ortopnu, atau dispnu paroksismal nocturnal
b) Kecepatan pernapasan dibawah 20/menit ketika aktivitas fisik
dan 16 napas/menit pada saat istirahat
c) Warna kulit PaCO2 normal
d) PaO2 dan normal
e) Frekuensi jantung 60-100 kali/menit dengan tekanan
darah normal
f) Foto dada normal
g) Pasien melaporkan nyeri dada hilang
h) Nampak nyaman: Nampak cukup istirahat, frekuensi napas,
frekuensi jantung, dan tekanan darah kembali ke tingkat sebelum nyeri, kulit
hangat dan kering
Intervensi
a) Kaji, dokumentasi, dan laporkan kepada dokter adanya
bunyi jantung abnormal (terutama S dan S4 galop dan murmur
holosistolik akibat disfungsi otot papile ventrikel kiri), bunyi napas yidak
normal (terutama krekel), dan intoleransi pasien terhadap aktivitas tertentu,
setiap 4 jam sekali dan setiap nyeri dada
Rasional :
Data tersebut berguna daam mendiagnosa gagal jantung kiri. Bunyi pengisian
diastolik (galop S3 dan S4) akibat turunnya
compliance ventrikel yang berhubungan dengan infark miokard. Disfungsi otot
papiler (karena infark otot papiler) dapat mengakibatkan regurgitasi mitral dan
penurunan volume sekuncup, mengakibatkan gagal jantung kiri. Adanya krekel
(biasanya di dasar paru) merupakan indikasi kongesti paru akibat peningkatan
tekanan jantung. Hubungan gejala dan aktivitas dapat digunakan sebagai panduan
untuk aktivitas berikutnya dan dasar untuk penyuluhan pasien.
b) Perbaiki kenyamana fisik dengan memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien
Rasional :
Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi kecemasan
c) Ajarkan pasien:
1) Mematuhi diit yang dianjurkan (misalnya : jelaskan mengenai
diit rendah garam, rendah kalori)
Rasional :
Diit rendah garam dapat mengurangi cairan ekstraseluler, sehingga
mengurangi preload dan afterload, dan
konsumsi oksigen jantung. Pada pasien obesitas penurunan berat badan dapat
mengurangi kerja jantung dan menaikkan volume tidal
2) Mematuhi aktivitas yang dianjurkan
Rasional :
Aktivitas yang dianjurkan disesuaikan secara individual untuk
mempertahankan frekuensi jantung dan tekanan darah dalam batas aman
3.
Dx: Potensial perfusi jaringan tidak adekuat
berhubungan dengan penurunan curah jantung
Tujuan : mempertahankan
atau mencapai perfusi jaringan yang adekuat
Kriteria hasil :
a) Telanan darah normal
b) Idealnya, irama sinus normal tanpa disritmia harus
dipertahankan, atau irama dasar pasien dipertahankan antara 60-100 kali/menit
tanpa disritmia
c) Tidak ada keluhan kelelahan dengan aktivitas yang
dianjurkan
d) Tetap sadar penuh dan tertoleransi dan tanpa perubahan
kepibadian
e) Tampak nyaman : ttampak cukup istirahat, frekuensi
napas, frekuensi jantung, dan tekanan darah kembali ke tingkat sebelum nyeri,
kulit hangat dan kering
f) Haluaran urin lebig dari 40ml/jam
g) Ekstermitas tetap hangat dan kering dengan warna yang normal
Intervensi
a) Kaji, dokumentasi dan laporkan hal-hal berikut kepada
dokter setiap 4 jam:
Hipotensi
Takikardi dan disritmia lainnya
Mudah lelah
Perubahan mental (dengan input dari keluarganya)
Penurunan haluaran urin (kurang dari 250 ml/8 jam)
Ektremitas dingin, lembab, dan sianosis
Rasional :
Data tersebut berguna dalam menentukan keadaan curah jantung yang rendah.
Pemeriksaan EKG pada saat nyeri sangat berguna untuk mendiagnosa luasnya
iskemia, cedera, dan infark miokardium, dan varian angina
b) Beri kenyaman dan istirahat pada pasien dengan memberikan
asuhan keperawatan individual
Rasional :
Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi
kecemasan. Istirahat mengurangi konsumsi oksigen miokard.
4.
Dx: Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan
kematian
Tujuan : menghlangkan
kecemasan
Kriteria hasil :
a) Kecemasan berkurang
b) Pasien dan keluarga mendiskusikan kecemasan mereka tentang
kematian
c) Kecemasan pasien dan keluarga berkurang
d) Nampak cukup istirahat, kecepatan napas kurang dari
16/menit, frekuensi jantung kurang dari 100/ menit tanpa denyut ektopik,
tekanan darah dlam batas normal pasien, kulit hangat dan kering
e) Berpartisipasi secara aktif dalam program rehabilitasi
yang progresif
f) Mempraktekkan teknik pengurangan stres
Intervensi
a) Kaji, dokumentasi, dan laporkan kepada dokter tingkat
kecemasan pasien dan keluarganya, serta mekanisme koping
Rasional : data tersebut
memberikan data informasi mengenai persaan sehat secara umum dan psikologis
sehingga gejala pasca terapi dapat dibandingkan. Penyebab kecemasan sangat
bervariasi dan individual, dan meliputi sakit akut, pemondokan di rumah sakit,
nyeri, penghentian kegiatan sehari-hari di rumah dan pekerjaan, perubahan peran
dan citra diri akibat penyakit kronis, dan berkurangnya dukungan financial.
Karena anggota keluarga yang cemas dapat menularkan kecemasan kepada pasien,
maka perawat harus mengurangi tingkat kecemasan keluarga
b) Kaji kebutuhan bimbingan spiritual dan rujklah bila perlu
Rasional :
Jika pasien memerlukan dukungan keagamaan, konseling agama akan membantu
mengurangi kecemasan dan rasa takut
c) Biarkan pasien (dan keluarganya) mengespresikan
kecemasan dan ketakutannya:
Dengan memperlihatkan ketertaikan dan keprihatinan yang asli
Dengan mempermudah komunikasi (mendengarkan, mencerminkan, membimbing)
Dengan menjawab pertanyaan
Rasional :
Kecemasan yang tidak dapat dihilangkat meningkatkan konsumsi oksigen
jantung
d) Manfaatkan waktu kunjungan yang fleksibel untu membantu
menurunkan tingkat kecemasan pasien
Rasional :
Kehadiran dukungan anggota keluarga dapat mengurangi kecemasan pasien
maupun keluarga
e) Dukung partisipasi aktif dalam program rehabilitasi
jantung
Rasional :
Rehabilitasi jantung yang diresepkan dapat membantu menghilangkan ketakutan
akan kematian, dapat mengurangi kecemasan dan dapat mningkatkan persaan sehat
f) Ajarkan teknik pengurangan stres
Rasional:
Pengurangan stres dapat membantu mengurangi onsumsi oksigen jantung dan
meningkatkan perasaan sehat
5.
Dx: Intoleransi aktivitas akibat ketidakseimbangan intake
oksigen dengan kebutuhan
Tujuan: aktivitas klien
dapat meningkat tanpa adanya nyeri dada
Kriteria hasil:
a) klien dapat mendemonstrasikan penigkatan toleransi
aktivitas dengan frekuensi
b) jantung dan tekanan darah dalam batas normal klien.
c) Klien tidak mengeluh adanya nyeri dada saat
beraktivitas
Intervensi
a) Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan
abdomen misalnya mengejan saat defekasi
Rasional :
Aktivitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk(maneuver valsava)
dapat mengakibatkan braddikardi juga menurunkan cuurah jantung dan takikardi
dengan peningkatan tekanan darah.
b) Latih klien untuk menerapkan pola peningkatan bertahap dari
tingkat aktivitas, seperti banguin dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi
dan istirahat selama 1 jam setelah makan
Rasional :
Aktivitas yang meningkat dapat memberikan control jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas berlebihan
c) Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Rasional :
Memberikan pengawasan ketat untuk proses penyembuhan
Potensial ketidakpatuhan dengan program perawatan diri berhubungan dengan
penolakan terhadap diagnosa infark miokardium
Tujuan : mematuhi asuhan
kesehatan di rumah, memperpanjang dan memperbaiki kualitas hidup
Hasil yang diharapkan :
Pasien menyesuaikan kegiatannya selama masa penyembuhan sampai benar-benar
sembuh
Masa enyembuhan jantung berbeda-beda, biasanya 6-8 minggu
Infark miokardium biasanya memerlukan berbagai penyesuaian gaya hidup;
adaptasi terhadap serangan jantung merupakan proses yang teus berlangsung
1) Menghindari aktivitas yang menyebabkan
nyeri dada, dispnu, atau kelelahan yang luar biasa
2) Menghindari panas dingin yang berlebihan
dan berjalan melawan angin
3) Menurunkan berat badan bila perlu
4) Berhenti merokok
5) Aktivitas harus diselingi dengan
aistirahat yang cukuo. Kelelahan yang ringan itu normal dan biasa dijumpai pada
masa penyembuhan
6) Menggunakan kekuatan diri untuk melakukan
kompensasi terhadap keterbatasan
7) Mengembangkan pola makan yang teratur
a) Menghindari makan besar dan makan
tergesa-gesa
b) Membatasi minuman yang mngandung kafein,
karena dapat mempengaruhi frekuensi,irama jantung, dan tekanan darah
c) Mematuhi diit yang dianjurkan,
menyesuaikan kalori, lemak, natrium yang dianjurkan
8) Berusaha mematuhi aturan pengobatan
khususnya dalam hal minum obat
9) Melakukan aktivitas yang dapat membebaskan
dari tekanan
Pasien menjalani program yang teratur dalam meningkatkan aktivitas dan
latihan dalam jangka panjang
Melakukan penyesuaian fisik dengan peningkatan bertahap tingkat aktivitas
sesuai peraturan
1) Berjalan-jalan setiap hari, dengan
meningkatkan jarak dan lamanya yang sesuai dianjurkan
2) Memantau denyut nadi selama aktivitas
fisik sampai tercapai tingkat aktivitas maksimal
3) Menghindari aktivitas yang menegangkan
otot; latihan isometrik, angkat berat setiap aktivitas yang memerlukan energy
mendadak
4) Menghindari aktivitas fisik segea setelah
makan
5) Menyingkat waktu kerja saat pertama kali
kembali ke pekerjaan
Berpartisipasi dalam program latihan harian yang dapat dilanjutkan ke
program latihan teratur selama hidup
Menangani timbulnya gejala
Melaporkan diri ke fasilitas darurat terdekat bila terasa tekanan atau
nyeri dada yang tidak hilang selama 15 menit dengan nitrogliserin
Menghubungi dokter bila terjadi hal berikut :
1) Napas pendek
2) Pingsan
3) Denyut jantung yang cepat atau lambat
4) Bengkak pada kaki atau tumit
Sumber : http://anis-m-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-78222-Keperawatan%20Kardiovaskuler-Askep%20NSTEMI.html
DAFTAR PUSTAKA
Coven, D.,L. 2011. Acute Coronary Syndrome. Retrieved
fromhttp://emedicine.medscape.com/article/1910735-overview
Hazinski M,. F. (2004). Handbook of Emergency Cardiovaskuler Care
for Healthcare Providers. AHA: USA
Joewono B,.P. (2003). Ilmu Penyakit Jantung . Airlangga
University Press: Surabaya.
Kalim, H et al . (2004). Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Tanpa
ST Elevasi. PERKI
Pratanu,S .(2000). Kursus EKG. PT Karya Pembina Swajaya:
Surabaya
Ruhyanudin, F. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
SistemKardiovaskuler . UMM Press: Malang.
Woods S,.L. (2005). Cardiac Nursing. 5th
edition.Lippincott Williams and Walkins: USA
Sudoyo A.,W, (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke
Empat-Jilid III. UniversitasIndonesia: Jakarta
Aaronson, Philip I. and Ward, Jeremy P.T. 2010. At a Glance: Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Erlangga.
Pedoman Tatalaksana: Penyakit Kardiovaskular di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), 2009.
Brunner & Suddartth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar