Mengenal Seseorang itu tidak selalu dan harus dengan berjabat tangan,
bertatap muka atau jalan bersama, bisa jadi kita akan langsung merasa “dekat”
ketika orang yang belum kenal itu sudah kita kenali dari beberapa tulisan dan
cerita yang dia buat. Artinya dengan tulisan tersebut kita merasakan dan
meng-iyakan sebuah dimensi di alam perasaan, halnya sama dengan isi pikiran dan
perasaan yang di buat oleh penulis tersebut,
Pramoedya
Ananta Toer, beliau langsung membuat saya
terpukau dengan karangan dan cara menterjemahkan pikiran kedalam tulisan. Beberapa
kutipannya pun menjadi motivasi atau bisa di bilang wejangan dalam kehidupan saya. kutipan favorit dari beliau saya rangkum dalam 40 Quotes from Pramoedya
Ananta Toer :
- “Berterimakasihlah pada segala
yang memberi kehidupan.” ― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
- “Dalam hidup kita, cuma satu
yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga
hidup kita ini?” ― Pramoedya Ananta Toer
- “Kalian
boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa
saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang
pandai.” ― Pramoedya Ananta Toer
- “Kesalahan
orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan
orang-orang bodoh ialah menganggap orang-orang lain pandai” ― Pramoedya
Ananta Toer
- “Tahu kau mengapa aku sayangi
kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan
angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Mama, 84)” ―
Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
- “A mother knows what her
child’s gone through, even if she didn’t see it herself.” ― Pramoedya
Ananta Toer, Gadis Pantai
- “Kau
akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil,
dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan semua akan jadi
mudah; jangan takut pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri
kebodohan awal yang akan membodohkan semua” ― Pramoedya Ananta Toer
- “Menulis adalah sebuah
keberanian…” ― Pramoedya Ananta Toer
- “How simple life is. It’s as
simple as this: you’re hungry and you eat, you’re full and you shit.
Between eating and shitting, that’s where human life is found. – (Houseboy
+ Maid, in Tales from Djakarta)” ― Pramoedya Ananta Toer, Tales
from Djakarta: Caricatures of Circumstances and Their Human Beings
- “Dan alangkah indah kehidupan
tanpa merangkak-rangkak di hadapan orang lain” ― Pramoedya Ananta Toer
- “Kau terpelajar, cobalah
bersetia pada kata hati.” ― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
- “Kalau mati, dengan berani;
kalau hidup, dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya
setiap bangsa asing bisa jajah kita.” ― Pramoedya Ananta Toer
- “Kehidupan ini seimbang, Tuan.
Barangsiapa hanya memandang pada keceriannya saja, dia orang gila.
Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit. (Anak Semua
Bangsa, h. 199)” ― Pramoedya Ananta Toer
- “Hidup sungguh sangat
sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya (Rumah Kaca, h. 46)” ―
Pramoedya Ananta Toer
- “Jangan sebut aku perempuan
sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak
butuh lelaki untuk aku cintai. (Nyai Ontosoroh)” ― Pramoedya Ananta Toer, Bumi
Manusia
- “Masa terbaik dalam hidup
seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya
sendiri” ― Pramoedya Ananta Toer
- “Orang boleh pandai setinggi
langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan
dari sejarah (Rumah Kaca, h. 352)” ― Pramoedya Ananta Toer
- “Menulislah sedari SD, apa pun
yang ditulis sedari SD pasti jadi.” ― Pramoedya Ananta Toer
- “Kalau
kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras
ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang berjiwa kriminal,
biarpun dia sarjana” ― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
- Pernah kudengar orang kampung bilang : sebesar-besar ampun adalah yang diminta seorang anak dari ibunya, sebesar-besar dosa adalah dosa anak kepada ibunya(Anak Semua Bangsa, h. 98)" — Pramoedya Ananta Toer
- "Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya. Kan begitu Tuan Jenderal? (Jejak Langkah, h. 32) " — Pramoedya Ananta Toer
- "Tak pernah ada perang untuk perang. Ada
banyak bangsa yang berperang bukan hendak keluar sebagai pemenang. Mereka
turun ke medan perang dan berguguran berkeping-keping seperti bangsa Aceh
sekarang ini...ada sesuatu yang dibela, sesuatu yang lebih berharga
daripada hanya mati, hidup atau kalah-menang." — Pramoedya
Ananta Toer
- "Seorang terpelajar harus juga belajar
berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan." — Pramoedya
Ananta Toer
- "Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana;biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput (Bumi Manusia, h. 119)" — Pramoedya Ananta Toer
- "Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas (Bumi Manusia, h. 138)" — Pramoedya Ananta Toer
- "Suatu masyarakat paling primitif pun, misalnya di jantung Afrika sana, tak pernah duduk di bangku sekolah, tak pernah melihat kitab dalam hidupnya, tak kenal baca-tulis, masih dapat mencintai sastra, walau sastra lisan. (Bumi Manusia, h. 233)" — Pramoedya Ananta Toer
- "Kita semua harus menerima kenyataan, tapi
menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi
berkembang. Karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru.
Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka “kemajuan”
sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia (Rumah
Kaca, h. 436)" — Pramoedya
Ananta Toer
- "Seorang terpelajar harus berlaku adil
sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan," — Pramoedya
Ananta Toer
- "Seorang terpelajar itu harus adil, sejak
dalam pikiran! [Bumi Manusia]" — Pramoedya
Ananta Toer
- "Jangan kau mudah terpesona oleh
nama-nama. Kan kau sendiri pernah bercerita padaku: nenek moyang kita
menggunakan nama yang hebat-hebat, dan dengannya ingin mengesani dunia
dengan kehebatannya—kehebatan dalam kekosongan. Eropa tidak berhebat-hebat
dengan nama, dia berhebat-hebat dengan ilmu pengetahuannya. Tapi si penipu
tetap penipu, si pembohong tetap pembohong dengan ilmu dan pengetahuannya. (Anak
Semua Bangsa, h. 77)" — Pramoedya
Ananta Toer
- "Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri (Anak Semua Bangsa, h. 119)" — Pramoedya Ananta Toer
- "Setiap tulisan merupakan dunia tersendiri, yang terapung-apung antara dunia kenyataan dan dunia impian (Rumah Kaca, h. 138)" — Pramoedya Ananta Toer
- "Apabila sebagai pengarang harus
kutangguhkan begitu banyak ketidakadilan di tanahair sendiri, penganiayaan
lahir-batin, perampasan kebebasan dari penghidupan, hak dan milik,
penghinaan dan tuduhan, bahkan juga perampasan hak untuk membela diri melalui
mass-media mau pun pengadilan, aku hanya bisa mengangguk mengerti. Sayang
sekali kekuasaan tak bisa merampas harga diri, kebanggaan diri, dan segala
sesuatu yang hidup dalam batin siapa pun." — Pramoedya
Ananta Toer
- "Kau tak kenal bangsamu sendiri (Anak Semua Bangsa, h. 55)" — Pramoedya Ananta Toer
- A mother knows what her child's gone through, even if she didn't see it herself." — Pramoedya Ananta Toer (Gadis Pantai)
- “Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap
yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap
orang-orang lain pandai" — Pramoedya
Ananta Toer
- Setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus
kalah tanpa kemenangan, dan kekalahan itulah gurunya yang terlalu mahal
dibayarnya. Tetapi biarpun kalah, selama seseorang itu bisa dinamai
pejuang dia tidak akan menyerah. Bahasa Indonesia cukup kaya untuk membedakan
kalah daripada menyerah (Prahara Budaya, h. 187)" — Pramoedya
Ananta Toer
- "Sebagai pengarang saya masih lebih
percaya kepada kekuatan kata daripada kekuatan peluru yang gaungnya hanya
akan berlangsung sekian bagian dari menit, bahkan detik." — Pramoedya
Ananta Toer
- "Barang siapa tidak tahu bersetia pada
azas, dia terbuka terhadap segala kejahatan: dijahati atau menjahati.
(Mama, 4)" — Pramoedya
Ananta Toer (Child of
All Nations)
- "Setiap pengalaman yang tidak dinilai baik oleh dirinya sendiri ataupun orang lain akan tinggal menjadi sesobek kertas dari buku hidup yang tidak punya makna. Padahal setiap pengalaman tak lain daripada fondasi kehidupan" — Pramoedya Ananta Toer (Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 2)
Sumber: Goodreads, dan beberapa sumber lain
0 komentar:
Posting Komentar