NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT)


NDT atau Bobath yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan system saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Agar lebih efektif, penanganan harus dimulai secepatnya, sebaiknya sebelum anak berusia 6 bulan. Hal ini sesungguhnya masih efektif untuk anak pada usia yang lebih tua, namun ketidaknormalan akan semakin tampak seiring dengan bertambahnya usia anak dan biasanya membawa terapi pada kehidupan sehari-hari sangat sulit dicapai.

Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-reflek abnormal yang patologis menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan normal. Anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu yang dinamakan Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk menghambat tonus otot yang abnormal.
Handling digunakan untuk mempengaruhi tonus postural, mengatur koordinasi, menghinbisi pola abnormal, dan memfasilitasi respon otomatis normal. Dengan handling yang tepat, tonus serta pola gerak yang abnormal dapat dicegah sesaat setelah terlihat tanda-tandanya.
Key Point of Control (KPoC) yaitu titik yang digunakan terapis dalam inhibisi dan fasilitasi. KPoC harus dimulai dari proksimal ke distal/bergerak mulai dari kepala-leher-trunk-kaki dan jari kaki. Dengan bantuan KPoC, pola inhibisi dapat dilakukan pada penderita dengan mengarahkan pada pola kebalikannya.

Metode NDT mempunyai beberapa teknik antara lain:
1.    Inhibisi dari postur yang abnormal dan tonus otot yang dinamis,
2.    Stimulasi terhadap otot-otot yang mengalami hypertonic,
3.    Fasilitasi pola gerak normal.

Adapun prinsip-prinsip dalam  NDT antara lain:
1.    Kemampuan mekanik setelah mengalami lesi atau dengan menggunakan penanganan yang tepat memungkinkan untuk diperbaiki.
2.    Lesi pada susunan saraf pusat menyebabkan gangguan fungsi secara keseluruhan namun dalam NDT yang ditangani adalah motorik.
3.    Spastisitas dalam NDT dipandang sebagai gangguan dari sikap yang normal dan kontrol gerakan.
4.    Pembelajaran pada gerakan yang normal merupakan dasar gerakan dapat dilakukan jika tonus normal.
5.    Mekanisme Postural Reflex yang normal merupakan dasar gerakan yang normal.
6.    Otot tidak tahu fungsi masing-masing otot tapi pola geraknya.
7.    Gerakan dicetuskan di sensoris dilaksanakan oleh motorik dan dikontrol oleh sensoris.

Tujuan konsep NDT adalah memperbaiki dan mencegah postur dan pola gerakan abnormal dan mengajarkan postur dan pola gerak yang normal. Prinsip terapi dan penanganan pasien yaitu:
1.    Simetris dalam sikap dan gerakan
2.    Seaktif mungkin mengikuti sertakan sisi yang sakit pada segala kegiatan.
3.    Pemakaian gerakan-gerakan ADL dalam terapi.
4.    Konsekuensi selama penanganan (ada tahap-tahap dalam terapi).
5.    Pembelajaran bukan diarahkan pada gerakannya, tetapi pada perasaan gerakan.
6.    Terapi dilakukan secara individu


       Metode NDT mempunyai beberapa teknik yaitu:
1.   Inhibisi adalah suatu upaya untuk menghambat dan menurunkan tonus otot. Tekniknya disebut Reflex Inhibitory Paternt. Perubahan tonus postural dan patern menyebabkan dapat bergerak lebih normal dengan menghambat pola gerak abnormal menjadi sikap tubuh yang normal dengan menggunakan teknik “Reflex Inhibitory Pattern”.
2.      Fasilitasi adalah upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal. Tekniknya disebut “Key Point of Control” yang bertujuan untuk:
a.    Untuk memperbaiki tonus postural yang normal.
b.    Untuk memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal.
c.    Untuk memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja, diperlukan dalam aktifitas sehari-hari.
3.      Stimulasi yaitu upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus otot melalui proprioseptif dan taktil. Berguna untuk meningkatkan reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara automatic. Tapping: ditujukan pada group otot antagonis dari otot yang spastic. Placcing dan Holding: Penempatan pegangan. Placcing Weight Bearing: Penumpuan berat badan.

Tahapan teknik dasar latihan gerak pada anak terdiri dari 4 tahapan yaitu sebagai berikut:
1.   Tahap I, merupakan latihan mengontrol kepala dan tangan.
Latihan mengontrol kepala dan tangan sangat penting sebagai tahap awal dari latihan selanjutnya. Mengangkat dan menahan kepala serta badan melalui penumpuan tangan berguna untuk persiapan berguling, merangkak dan duduk.
2.   Tahap II, merupakan latihan mengontrol badan untuk duduk
Pada tahap ini, anak diajarkan untuk mempertahankan badannya tetap tegak sewaktu ia bergerak dari dan hendak bersandar pada tangannya. Posisi duduk akan membuat sang anak mampu melihat kedua tangannya dan mempergunakannya. Tujuan latihan pada tahap ini yaitu agar anak anak dapat beraktivitas ke segala arah pada saat duduk, mempersiapkan diri untuk berdiri dan jongkok dari posisi duduk, dan beraktivitas dari posisi duduk ke merangkak.
3.   Tahap III, merupakan latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan. Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat mempersiapkan tungkainya dari duduk berlutut untuk selanjutnya berdiri. 
4. Tahap IV, merupakan informasi umum untuk keluarga, yaitu dengan menginformasikan  kepada keluarga untuk senantiasa melatih anak dengan teratur dan penuh kasih saying agar anak lebih cepat mandiri. Keluarga atau orang tua diajarkan untuk menggerakkan sendi secara penuh setiap hari sekitar 3 kali per sendi tanpa disertai dengan gerakan paksaan. Hal ini untuk memelihara jarak gerak sendi anak dan untuk mencegah kekakuan.

Sumber:
1.Ristoari, 2012. Neuro Development Treatment (NDT). Available at: http://alatterapi.wordpress.com/2012/01/20/neuro-development-treatment-ndt/ 
2.  Tim Penyusun. 2002. Modul1 :Tumbuh Kembang Anak Normal Sebagai Tolok Ukur Kemampuan Gerak Anak CP.  Pemda Provinsi Sul-Sel Dinas Kesehatan.
 



0 komentar:

Posting Komentar

 

Support

Support

Support

Support

Support

Support