A.
Pengertian
Defisit
perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian / berhias, makan dan BAB / BAK (toileting)
(Fitria, 2009). Menurut Orem 1971 dalam Kozier 2010, deficit perawatan diri
terjadi bila tindakan perawatan diri tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan
perawatan diri yang disadari. Teori deficit perawatan diri bukan hanya saat
keperawatan dibutuhkan saja, melainkan cara membantu orang lain dengan
menerapkan metode bantuan, yaitu melakukan, memandu, mengajarkan, mendukung dan
menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kemampuan individu untuk
memenuhi tuntutan akan perawatan diri saat ini atau dimasa yang akan datang.
Orem mengidentifikasi tipe sistem keperawatan :
-
Sistem kompensasi total
dibutuhkan bagi individu yang tidak mampu mengendalikan dan memantau lingkungan
mereka serta memproses informasi.
-
Sistem kompensasi
sebagian dirancang bagi individu yang tidak mampu melakukan sebagian kegiatan
perawatan diri, tetapi tidak semuanya.
-
Sistem
suportif-edukatif (perkembanngan) dirancang bagi individu yang perlu belajar
melakukan tindakan perawatan diri dan memerlukan bantuan untuk melakukannya.
B. Tanda dan Gejala
Ø Mandi
/ hygiene
Klien
mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan
sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan
mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi. Gangguan
kebersihan ini ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau,
kuku panjang dan kotor.
Ø Berpakaian
/ berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam
meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian serta
memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian menggunakan alat tambahan,
menggunakan kancing tarik, melepasakan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu. Ketidakmampuan ini ditandai
dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
Ø Makan
Klien tidak mempunyai ketidakmampuan
dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya kedalam mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara
yang diterima masyarkat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup
makanan dengan aman. Makanan berceceran dan makan tidak pada tempatnya,
Ø BAB/BAK
(toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau
ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau berdiri dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting , membersihkan diri setelah BAB /
BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil. Pasien BAB / BAK tidak
pada tempatnya.
C.
Faktor
Predisposisi
Deficit
perawatan diri seringkali disebabkan oleh intoleransi aktivitas, hambatan
mobilitas fisik, nyeri, ansietas, atau gangguan kognitif atau persepsi (misalnya
deficit perawatan diri : makan yang berhubungan dengan disorientasi). Sebagai
etiologi, deficit perawatan diri dapat menyebabkan depresi, ketakutan terhadap
ketergantungan dan ketidakberdayaan (misalnya, ketakutan menjadi ketergantungan
total yang berhubungan dengan deficit perawatan diri akibat kelemahan residual
karena penyakit stroke) (Wilkinson dan Ahern 2012).
Menurut
Tarwoto dan Wartonah (2003) faktor predisposisi deficit perawatan diri adalah:
a.
Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b.
Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien
tidak mampu melakukan perawatan diri
c.
Kemampuan Psikologis
menurun
Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri. Masalah psikologi tersebut contohnya harga
diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri, body image:
gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri,
misalnya individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
d.
Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkngan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
Menurut Wilkinson dan Ahern (2012)
deficit perawatan diri berhubungan dengan:
v Defisit
perawatan diri mandi / hygiene berhubungan dengan :
Penurunan motivasi, kendala lingkungan,
ketidakmampuan untuk merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan untuk merasakan
hubungan spasial, gangguan musculoskeletal, kerusakan neuromuscular, nyeri,
gangguan persepsi atau kognitif, ansietas hebat, kelemahan dan kelelahan
(NANDA). Faktor lain yang berhubungan (non NANDA international) depresi,
ketunadayaan perkembangan, intoleran aktivitas, pembatasan karena pengobatan,
gangguan psikologis.
v Defisit
perawatan diri berpakaian / berhias berhubungan dengan penurunan motivasi,
ketidaknyamanan, hambatan lingkungan, keletihan, gangguan musculoskeletal,
gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat,
kelemahan / kelelahan.
v Defisit
perawatan diri makan berhubungan dengan penurunan motivasi, hambatan
lingkungan, keletihan, hambatan mobilitas, hambatan kemampuan berpindah,
gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau
persepsi, ansietas berat, kelemahan.
v Defisit
perawatan diri eliminasi (BAB / BAK) berhubungan dengan penurunan motivasi,
ketidaknyamanan, kendala lingkungan, keletihan, gangguan musculoskeletal,
gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat,
kelemahan.
D.
Faktor
Presipitasi
Faktor
presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, gangguan
kognitif atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
-
Body Image
Gambaran
individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik, individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
-
Praktik Sosial
Pada
anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
-
Status Sosial Ekonomi
Personal
hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
-
Pengetahuan
Pengetahuan
personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan.
-
Budaya
Disebagian
masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
-
Kebiasaan seseorang
Ada
kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
-
Kondisi fisik atau
psikis
Pada
keadaan tertentu / sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak
yang sering timbul pada masalah personal hygiene:
-
Dampak fisik
Banyak
gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang terjadi adalah gangguan integritas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.
-
Dampak psikososial
Masalah yang
berhubungan dengan kebersihan diri / personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi
diri dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto dan Wartonah, 2003).
E.
Rentang
Respon Perawatan Diri
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri kadang perawatan diri Tidak melakukan
Seimbang kadang tidak
perawatan diri
-
Pola perawatan diri
seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk berperilaku adaptif,
maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan
perawatan diri.
-
Kadang perawatan diri
kadang tidak. Saat klien mendapatkan stressor kadang-kadang klien tidak
memperhatikan perawatan dirinya.
-
Tidak melakukan perawatan
diri. Klien mengatakan tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat
menghadapi stressor.
F. Asuhan Keperawatan
1)
Pengkajian
Subjektif
-
Klien mengatakan
dirinya malas mandi karena airnya dingin dan tidak ada alat mandi
-
Klien mengatakan
dirinya malas berdandan
-
Klien mengatakan igin
disuapi makan
-
Klien mengatakan jarang
membersihkan kelaminnya setelah BAK / BAB
Objektif
- Ketidakmampuan mandi /
membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
berbau, serta kuku panjang dan kotor
- Ketidakmampuan
berpakaian / berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, hpakaian kotor dan
tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki) atau tidak
berdandan (wanita)
- Ketidakmampuan makan
secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makanan sendiri,
makanan berceceran dan makan tidak pada tempatnya.
-
Ketidakmampuan BAB /
BAK secara mandiri ditandai BAB / BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB / BAK (Fitria, 2009).
2) Diagnosa
Defisit
Perawatan Diri
Isolasi
Sosial
3) Intervensi
-
Tujuan
Klien mampu melakukan aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK.
-
Tindakan keperawatan
untuk klien
1.
Melatih klien tentang
cara-cara perawatan kebersihan diri
a.
Menjelaskan pentingnya menjaga
kebersihan diri
b.
Menjelaskan alat-alat
untuk menjaga kebersihan diri
c.
Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri
d. Melatih klien
mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
2.
Melatih klien untuk
berdandan / berhias
Untuk klien laki-laki
a. Melatih
klien untuk berpakaian
b. Melatih
klien untuk menyisir rambut
c. Melatih
klien untuk bercukur
Untuk
klien wanita
a. Melatih
klien untuk berpakaian
b. Melatih
klien untuk menyisir rambut
c. Melatih
klien untuk berdandan
3. Melatih
klien untuk makan secara mandiri
a. Menjelaskan
cara mempersiapkan makanan
b. Menjelaskan
cara makan yang tertib
c. Menjelaskan
cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d. Praktik
makan sesuai tahap makan yang baik
4. Mengajarkan
klien melakukan BAB / BAK secara mandiri
a. Menjelaskan
tempat BAB / BAK yang sesuai
b. Menjelaskan
cara membersihkan diri setelah BAB / BAK
c. Menjelaskan
cara membersihkan tempat BAB / BAK (Keliat, et al, 2011).
-
Tindakan keperawatan
pada keluarga klien
Keluarga dapat meneruskan melatih klien
dan mendukung agar kemampuan klien dalam perawatan dirinya meningkat.
1.
Diskusikan dengan
keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien agar
dapat menjaga kebersihan diri
2. Anjurkan keluarga untuk
terlibat dalam merawat dan membantu klien dalam merawat diri
3.
Anjurkan keluarga untuk
memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam merawat diri (Fitria, 2009).
4) Evaluasi
- Evaluasi subjektif
dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
- Evaluasi objektif /
mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
-
Rencana tindak lanjut
terhadap interaksi yang telah dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Keliat, Budi Anna., Akemat., Helena, Novy.,
Nurhaeni, Heni. (2011). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC.
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, J,M., & Ahern, Nancy R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. (9th
ed.). (Penerjemah : Wahyuningsih, Esty.). Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia : Jakarta
Kozier, Barbara. (2010). Fundamental Keperawatan. (7th
ed.). Vol 1. (Penerjemah: Karyuni, Pamilih Eko.). Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar