Aplikasi Berpikir Kritis Dalam Asuhan Keperawatan Pada Evaluasi Keperawatan



-          Dinamika Mengevaluasi Proses Keperawatan
            Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini dapat disebut sebagai suatu pendekatan untuk memecahkan masalah (problem solving) yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan intrapersonal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Lyer et al, 1996). Tahap – tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem solvingdalam mendefinisikan suatu asuhan keperawatan(Nursalam, 2009).
            Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan.  Dalam konteks ini, evaluasi adalah aktifitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan, klien menuju pencapaian tujua atau hasil dan keefektifan asuhan keperawatan.
            Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi keperawatan adalah suatu proses yang dilakukan dengan berdasarkan kepada perubahan kondisi pasien yang dilakukan secara terus menerus sampai didapatkan keputusan apakah sebuah proses keperawatan itu dilanjutkan atau dihentikan.
            Untuk memulai hal tersebut dibutuhkan ilmu pengetahuan tentang proses keperawatan serta masalah yang dihadapi. Melakukan evaluasi hampir serupa dengan melakukan pengkajian, karena dalam tahap ini perawat kembali menanyakan kembali keadaan klien. Hanya saja dalam proses ini tidak selengkap pada tahap pengkajian, karena ada acuan pada tahap evaluasi yaitu seorang perawat mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang sudah direncanakan sejak awal. Dengan adanya tujuan dan kriteri hasil ini memudahkan perawat untuk menilai apakah tujuan dan kriteria hasil sudah tercapai.

-          Evaluasi Pencapaian Tujuan Asuhan Keperawatan
            Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yg dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai hasil. Ada dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera dan evaluasi sumatif  yaitu rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan (Alimul Hidayat, 2008).
            Evaluasi adalah aspek yang penting dalam proses keperawatan, karena menggambarkan keputusan dari menentukan apakah intervensi keperawatan harus dihentikan, dilanjutkan atau dirubah. Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan masalah kesehatn aktual, mencegah terjadinya masalah resiko dan mempertahankan kesehatan. Proses yang menentukan efektivitas asuhan keperawatan  meliputi lima unsur menurut Potter&Perry(2009):
1.      Mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi;
2.      Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah dipenuhi;
3.      Menginterpretasikan dan meringkas data;
4.      Mendokumentasikan temuan dan setiap pertimbangan klinis;
5.      Menghentikan, meneruskan, atau merevisi rencana perawatan.

-          Revisi Rencana Asuhan Keperawatan
            Setelah tujuan dievaluasi dan telah terpenuhi dengan baik, maka bagian dari rencana asuhan keperawatan dihentikan. Rencana asuhan keperawatan dimodifikasi jika tujuan belum terpenuhi atau terpenuhi sebagian, maka perawat harus melakukan revisi, dan mencari apakah hal ini disebabkan karena penilaian keperawatan yang salah dan tidak berhasil mengikuti setiap langkah dari setiap proses keperawatan, perawat harus memperhatikan kemugkinan tersebut.


            Hal – hal yang mugkin mempengaruhi antara lain :
1.      Pengkajian
Data dasar yang tidak lengkap atau tidak benar.
2.      Diagnosis
Jika data dasar tidak lengkap, maka pernyataan diagnosis yang baru harus ditegakkan setelah dilakukan penilaian tentang status masalah, perawat merevisi atau menambah diagnosis baru sesuai kebutuhan klien yang terbaru.
3.      Perencanaan; hasil yang diharapkan
Jika diagnosis tidak tepat, maka tujuan harus direvisi, jika diagnosis sudah tepat, maka perawat harus memeriksa apakah tujuan sudah realistis dan dapat dicapai.
4.      Perencanaan; program keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan apakah sudah relevan dengan pencapaian tujuan yang diharapkan, jika diagnosis dan tujuan sudah tepat, mungkin intervensi yang dipilih bukan yang terbaik. Program keperawatan baru juga diperlukan.
5.      Implementasi
Walaupun semua bagian sudah direvisi, ada kemungkinan teknik implementasi alam rencana dapat menghambat pencapaian tujuan. Setelah membuat modifikasi yang dibutuhkan, maka perawat perlu memodifikasi, implementasi dalam siklus proses keperawatan.

-          Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
            Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan berarti juga meningkatkan kualitas perawat sebagai pengguna asuhan keperawatan. Menurut Pew Health Professions Commission, ada 21 kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat untuk abad 21:
1.      Berpegang pada etika tanggung jawab  dan pelayanan sosial;
2.      Tunjukkan tingkah laku etis dalam seluruh aktifitas profesional;
3.      Selenggarakan pelayanan berbasis bukti, kompetensi keperawatan klinis;
4.      Sertakan berbagai penentu kesehatan dalam pelayanan klinis;
5.      Terapkan pengetahuan dari ilmu baru;
6.      Tunjukkan pemikiran kritis, pertimbangan dan keterampilan pemecahan masalah;
7.      Pahami peran pelayanan primer;
8.      Praktikkan pelayanan kesehatan preventif dengan tepat;
9.      Sertakan pelayanan dan perawatan berbasis populasi ke dalam prakti;
10.  Perbaiki akses pelayanan kesehatan bagi mereka yang membutuhkan;
11.  Praktik pelayanan yang berpusat pada hubungan dengan individu dan keluarga;
12.  Sediakan pelayanan yang sensitif terhadap budaya dalam masyarakat yang majemuk;
13.  Menjamin kerjasama dengan komunitas dalam keputusan pelayanan kesehatan;
14.  Gunakan komunikasi dan teknologi informasi secara efektifdan tepat;
15.  Bekerja dalam tim interdisplin;
16.  Pastikan pelayanan seimbang antara kebutuhan individual, profesional, sistem dan masyarakat;
17.  Praktikkan kepemimpinan;
18.  Bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan dan hasil kesehatan pada tiap tingkat;
19.  Berkontribusi kepada perbaikan kontinu dari sistem pelayanan kesehatan;
20.  Mendukung kebijakan publik yang mempromosikan dan melindungi kesehatan masyarakat;
21.  Terus belajar dan membantu yang lainnya dalam belajar.
Adapun ciri – ciri asuhan keperawatan yang berkualitas menurut Gilles (1994), antara lain:
1.      Memenuhi standar profesi yang ditetapkan;
2.      Sumber daya untuk pelayanan askep dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif;
3.      Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan;
4.      Memuaskan bagi pasien dan tenaga kesehatan;
5.      Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat.
Ada beberapa keterampilan yang harus dilakukan oleh perawat dalam proses keperawatan untuk menciptakan kualitas asuhan keperawatan, antara lain: intelektual, kemampuan menjalin hubungan yang baik, dan mempunyai teknik, karena didalam keterampilan intelektual terdapat kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis, dan membuat keputusan keperawatan (Yura&Walsh,1973.p.69).

Referensi :
Potter & Perry.(2006). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC.
Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC. Hlm130,137
Brunner & suddarth. Jakarta: EGC.30,31
M. Gaie Rubenfeld dan Barbara K. Scheffer.2010.Berpikir kritis untuk perawat ,Strategi berbasis kompetensi. Jakarta: EGC. 50.51



0 komentar:

Posting Komentar

 

Support

Support

Support

Support

Support

Support