KONSEP KOMUNIKASI KEPERAWATAN


A.    Analisa Diri dan Sikap Komunikasi Terapeutik
Dalam melakukan proses keperawatan, perawat perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif dan bertujuan. Perawat perlu memahami mengenai komunikasi terpeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung perawat berfokus pada kebutuhan klien untuk peningkatan pertukaran informasi yang efektif antara perawat dan klien (Sheila L Videbeck, 2008)
Dalam melakukan komunikasi terapeutik perawat sebelumnya perlu memahami tentang analisa diri. Analisa diri pada perawat adalah proses stimulasi untuk menentukan keberhasilan setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat. Analisa diri dilakukan oleh perawat yang sehari-harinya berhubungan langsung dengan klien. Dalam masalah ini ketidakmampuan dalam berkomunikasi dengan efektif mempengaruhi kemampuan klien untuk mengekspresikan kebutruhan atau bereaksi dengan lingkungan.  Analisa diri terbagi 6 aspek diantaranya kesadaran diri, klarifikasi nilai, ekplorasi keadaan, role model, altruisme( efektif dalam membantu), etik dan tanggung jawab (Mustikasari, 2009). Suatu alat yang bermanfaat dalam mempelajari lebih banyak tentang diri sendiri ialah jendela Johari (Luft, 1970. Dikutip dari Sheilla L Vedebeck, 2008). Empat area yang di evaluasi adalah :
a.      Kuadaran I      : Pribadi yang umum, terbuka : Individu mengetahui kualitas dirinya sendiri  dan orang lain   
                               juga mengetahuinya.
b.      Kuadran II      : Pribadi yang buta/tidak sadar : Kualitas hanya diketahui oleh orang lain.
c.       Kuadaran III   : Pribadi yang tersembunyi/tersendiri : Kualitas hanya diketahui oleh diri sendiri
d.    Kuadran IV      : Tidak diketahui: Kuadran kosong yang menunjukkan kualitas yang sampai saat ini tidak 
                             diketahui oleh diri sendiri dan orang lain.

Teknik dalam berkomunikasi terapeutik meliputi :

a.       Mendengarkan secara aktif
Memusatkan perhatian secara verbal dan nonverbal yang disampaikan klien. Menggunakan rasio 2;1 (2 telinga:1 mulut). Menurut Crouch 2002 dalam Potter&Perry 2009.Mendengarkan secara aktif menggunakan akronim SOLER (Sitting facing the client, Observe and open posture, Learn toward the client, Establish and maintain intermitten, eye contact, Rilex)

b.      Berbagi hasil observasi dengan klien
Berbagi hasil observasi berbeda dengan asumsi. Saat berbagi observasi, perawat menggunakan bahasa yang lebih halus dan tidak menyinggung perasaan klien.
Contoh. Ketika klien tampak tidak rapih, perawat tidak langsung menyimpulkan bahwa dia malas menjalani harinya, perawat menggunakan kata –kata yang lebih halus seperti “anda tampak lelah”, “Anda tampak berbeda hari ini”, atau “saya lihat anda belum makan apapun hari ini, apa yang anda rasakan”

c.       Berbagi emphatik
Kemampuan untuk memahami dan menerima realita seseorang,merasakan perasaan dengan tepat.
Contoh. Perawat berkata pada klien yang marah dan menderita gangguan mobilisasi ringan pasca stroke “pasti sulit rasanya mengetahui apa yang anda inginkan tetapi tidak dapat melakukannya”

d.      Berbagi harapan.
Contoh. Perawat berkata kepada klien yang murung tentang prognosisnya yang buruk “saya yakin anda akan menemukan jalan untuk menghdapi situasi ini, karena saya melihat keberanian dan kreativitas anda sebelumnya”.

e.       Berbagi perasaan
Perawat membantu klien mengekspresikan emosi dengan melakukan opservasi, mengetahui perasaan, mendorong komunikasi, mengijinkan pengekspresian perasaan “negatif”, dan member contoh ekspresi emosional diri yang sehat
Contoh. Perawat bertanya pada pasien yang sedang murung

f.       Berbagi menggunakan sentuhan
Sentuhan menyampaikan pesan seperti perhatian, dukungan, dorongan,kelembutan, dan perhatian pribadi
Contoh. Sentuhan kenyamanan misalnya memang bahu klien.

g.      Diam
Sikap diam berguna saat individu berhadapan dengan keputusan yang membutuhkan banyak pertimbangan.
Contoh. Keheningan akan membantu klien mencapai keyakinan yang dibutuhkan untuk berbagi keputusan dalam menolak suatu tindakan medis.

h.      Mengklarifikasikan
Tujuannya untuk memastikan telah terbentuknya pemahaman klien.
contoh. “saya kurang mengerti maksud ‘lebih sakit dari biasanya’ apa yang terasa berbeda bagi anda?”

i.        Fokus
      Fokus diperlukan untuk memfokuskan perhatian dari unsur penting suatu pesan.
Perawat menggunakan tehnik pemfokusan untuk membimbing arah percakapan kebidang yang penting, misalnya “kita telah membahas banyak tentang obat anda, tetapi mari kita lihat masalah yang anda hadapi untuk mengkonsumsinya tepat waktu”.

j.        Para frase
Menyatakan kembali suatu pesan dengan lebih singkat dan menggunakan kata-kata si penerima. Jika makna suatu pesan menjadi menyimpang setelah dilakukan paraphrase, maka komunikasi akan menjadi tidak efektif.
Contoh. Seorang klien berkata, saya telah mengalami kelebihan berat badan sejak lama dan tidak pernah ada masalah. Saya tidak paham kenapa saya harus menjalani diet. Parafrase kalimat ini kedalam bentuk, “anda tidak perduli terhadap berat badan anda” merupakan cara yang salah. Akan lebih baik anda berkata, “Anda kurang yakin untuk menjalani diet karena anda selama ini tetap sehat”.

k.      Mengajukan pertanyaan yang relevan
Pertanyaan terbuka akan memberikan kesempatan bagi klien untuk memimpin percakapan dan memberikan informasi penting tentang suatu topik.
Contoh. “ Apa masalah terbesar anda saat ini?”.
Pertanyaan dengan focus digunakan jika dibutuhkan informasi spesifik pada bidang tertentu misalnya “Bagaimana pengaruh rasa nyeri tersebut pada kehidupan anda dirumah? ”.
Pertanyaan tertutup menghasilkan respon Ya, tidak, atau jawaban satu kata. Contoh. “Berapa kali dalam sehari anda menggunakan obat anti nyeri?”, berikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan terbuka secara lengkap sebelum memberikan pertanyaan lain. Pertanyaan tertutup berguna pada saat pengkajian, tetapi kurang bermanfaat selama interaksi terapeutik.

l.        Menyimpulkan
Memberikan kepuasan pada akhir percakapan dan sangat berguna pada fase terminasi dari hubungan perawat dan klien. Menyimpulkan adalah tinjauan singkat dari aspek penting suatu interaksi.
Contoh: pada seorang perawat manejer yang bekerja dengan tenaga kerja yang tidak puas. “Anda telah memberitahu alasan anda tidak mnyukai pekerjaan ini. Kami telah menemukan beberapa cara untuk memperbaiki situasi dan anda telah setuju untuk mencobanya. Tolong beritahu saya jika cara tersebut berguna bagi anda.”

m.    Membuka diri
Teknik membuka diri merupakan pengalaman pribadi yang nyata tentang diri sendiri yang diberikan secara sengaja kepada pihak lain. Ini menunjukkan bahwa perawat memahami pengalaman klien dan memperlihatkan bahwa pengalaman klien tidak hanya dialami sendiri.
Contoh: hal yang menyedihkan itu juga pernah saya alami. Saya bertemu dengan pusat konseling dan hal itu sangat membantu. Bagaimana pendapat anda tentang menemui pihak konseling?”.

n.      Konfrontasi
Tehnik ini meningkatkan kesadaran diri klien dan membantu klien mengenali pertumbuhan dan mengatasi masalah penting.
Contoh: “Anda bilang Anda telah memutuskan tindakan yang akan diambil, tetapi Anda masih berbicara banyak tentang pilihan Anda?”.


B.     Analisa Proses Interaksi

1.      Pengertian
Komunikasi terapeutik terjadi antara dua individu, perawat dan klien, dan menggambarkan kepribadian masing-masing individu.
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.

a.      Tujuan Analisa Proses Interaksi
1.      Meningkatkan kemampuan mendengar
2.      Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
3.     Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat (mahasiswa) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor / pembimbing untuk memberi arahan
4.      Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan perawat
5.      Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan

b.      Komponen Analisa Proses Interaksi
1.        Komunikasi verbal dan non verbal perawat dan klien
2.    Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat dilakukan perawat
3.        Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien
4.        Analisa makna dan rasional dari komunikasi
5.        Kesan / evaluasi terhadap efektifitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai dengan 4
6.        Rencana lanjutan tindakan keperawatan

Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim kesehatan.
Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola perilaku dan hubungan interpersonal perawat-klien.Ada 3 macam catatan :
1.      Catatan perkembangan (proses keperawatan)
2.      Catatan hubungan perawat-klien
3.      Catatan resume
Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung individual klien, kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan.Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :
1.      Video tape; tape recording
2.      Catatan secara garis besar
3.      Catatan interaksi
Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.Semua pasien dapat dilakukan Analisa Proses Interaksi.

C.    Tahapan Analisa Proses Interaksi
1.      Tahap awal (orientasi), meliputi pertanyaan terbuka yang digunakan perawat untuk mendorong klien memilih topik dan identifikasi kalian.
2.      Tahap pertengahan (kerja), menggambarkan penggunaan teknik komunikasi terapeutik terfokus untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang situasi dan pikiran, perasaan, kebutuhan dan hubungan yang terkait.
3.      Tahap akhir, meliputi tahap terminasi sementara atau terminasi akhir dalam hubungan perawat dan klien.

D.  Format Analisa Proses Interaksi
Inisial Klien                                    :
Status Interaksi Perawat-Klien      :
Lingkungan                                    :
Deskripsi Klien                               :
Tujuan (Berorientasi pada Klien)   :
Nama Mahasiswa/Perawat             :
Tanggal                                           :
Waktu                                             :
Ruang                                             :


Komunikasi Verbal
Komunikasi Non Verbal
Analisa berpusat pada perawat
Analisa berpusat pada klien
Rasional
P …………………
P …………………
K ………………..
P …………….
K …………………
………
K …………………..
K ………................
P ………………..
P ……………..
K …………………
P ……………….
P ………………..
K ……………….
P …………
K ………………
………..
Dst …………….

Keterangan :
1.    Inisial klien : tulis inisial bukan nama lengkap
2.    Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase berhubungan
3.    Lingkungan :
·         Tempat interaksi
·         Situasi tempat interaksi
·         Posisi mahasiwa dan klien
4.    Deskripsi klien : penampilan umum klien.
5.    Tujuan :
·         Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi selama 20-30 menit
·         Tujuan ini berpusat pada klien
·         Tujuan terkait dengan proses keperawatan klien
6.    Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien
7.    Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat bicara atau saat mendengar
8.    Analisa berpusat pada perawat :
Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen sebagai berikut :
a.       Perasaan sendiri
Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menjelaskan riwayat / latar belakang dan analisa, apa dan mengapa perasaan itu muncul.
b.      Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri
c.       Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi yang digunakan
d.      Tujuan interaksi
·      Perawat berperan sebagai apa ? dan pasien sebagai apa ?
·      Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi ?
·      Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi ?
·      Bagaimana proses ?
9.    Analisa berpusat pada klien :
Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai berikut :
a.         Tingkah laku non verbal
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal klien
b.        Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (latent)
Cari / kenali, bedakan dan diskusikan
c.         Perasaan klien
Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan diskusikan keadaan perasaan klien, bagaimana perasaan klien dipengaruhi oleh perawat
d.        Kebutuhan klien
Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari interkasi yang baru terjadi, interaksi sebelumnya, riwayat klien dari teori.

10.    Alasan Teori (Rasional)
Sintesa dan terapan teori pada interpersonal : berikan alasan teoritis intervensi anda atau intervensi lain dan tunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan tingkah laku klien dalam rangka teori psikodinamika, teori adaptasi, setiap teori-teori lain yang dikenal.




ANALISA PROSES INTERAKSI PASIEN DENGAN DISTRES SPIRITUAL

Nama Klien                : Ny S
Status interaksi            : Fase perkenalan
Pertemuan ke              : 1
Kondisi klien               : Penampilan  terlihat kurang rapi,pakaian bersih,rambut panjang di ikat  
                                     kebelakang,ekspresi wajah tampak murung dan cemas.
Kondisi lingkungan     : Klien duduk di tempat tidur berhadapan dengan perawat yang duduk dikursi samping                                    tempat tidur pasien.
Tujuan                          : Klien dapat memahami penyebab kecemasannya dan  dapat melakukan kegiatan 
                                    ibadah yang masih bisa klien lakukan.
Nama mahasiswa       : Mischa
Waktu interaksi           : Pukul 09.00 -09.15 wib
Tanggal                         : 13 November 2013
Ruang                            : Ruang Orchid RSSM
Komunikasi verbal
Komunikasi non verbal
Analisa berfokus pada perawat
Analisa berfokus pada klien
Rasional
P  : Selamat pagi bu
P : memandang ny S dan tersenyum
K : Tersenyum
P : Merasa tenang dan siap untuk memulai interaksi dengan klien
K : Merasa  senang ada perawat yang datang
Salam adalah kalimat pembuka dalammemulai suatu percakapan dan juga merupakan satu cara membina hubungan saling percaya.
K : Pagi suster
K : Tersenyum
P : Memandang ny S dan tersenyum
 P : Merasa senang atas tanggapan Ny S
K : Merasa tenang

P :Saya suster ade kurniah,biasanya dipanggil suster ade,ibu sukanya di panggil apa?
P :badan condong kea rah klien,memandang klien sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.
K :tersenyum, memandang perawat dan menerima jabatan  tangan pe rawat.
 P : merasa tenang dan siap untuk membina hubungan saling percaya dengan klien
K : merasa senang perawat memperkenalkan dirinya
Memperkenalkan diri dapat memperkuat hubungan saling percaya antara perawat dank lien.
K : panggil saja saya bu S , suster
K:tersenyum,memandang perawat dan menerima jabatan tangan perawat.
P: tersenyumdan kontak mata
P : merasa merasa senang atas respon klien yang mau menerima perkenalan perawat.
K : merasa senang

P : bagaimana perasaan ibu hari ini?
P :tersenyum dan kontak mata.
K : wajah berubah menunjukan kesedihan
P : ingin menggali perasaan ny s tentang apa ynag dirasakannya.
K : masih tampak murungtapi memperhatikan apa yang diucapkan perawat,kontak mata.
Pertanyaan terbuka  klienmember kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
K : saya merasa sedih dengan penyakit yang saya alami,suster .
K ; wajah tampak sedih,mata berkaca-kaca.
P :kontak mata,tangan menyentuh tangan klien untuk menunjukan dukungan.
P: ingin menunjukan pada klien bahwa perawat care dengan yang dirasakan klien.
K : menunjukan kesedihan tentang penyakit yang klien alami.

P : ibu s tampak murung dan cemas,apa sebenarnya yang ibu rasakan
P :memandang klien,kontak mat
K: wajah tampak sedih,mata berkaca-kaca.
 P : menunjukan hasil  observasi untuk menggali perasaan klien lebih dalam
K : Menunjukan kesedihan tentang penyakit yang klien alami
Mengatakan hasil observasi adalah teknik komunikasi yang dapat digunakan untuk mengggali perasaan klien lebih dalam.


K : saya sedih dengan penyakit yang saya alami,Allah sepertinya tidak sayang sama saya memberi cobaan seberat ini
K : menundukan kepala,mata berkaca-kaca,nada suara rendah .
P : menggengam tangan kontak mata,memandang klien.
P : menunjukan keseriusan untuk mendengarkan keluhan klien dan ingin memberikan dukungan.
 K : masih menunjukan kesedihan dan menyalahkan Tuhan

P : bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang perasaaan ibu?mungkin sekitar 15 menit ?ibu maunya kita ngobrol dimana?
P :memandang ibuS,kontak mata.
K : mengangkat kepala dan memandang perawat.
P : merasa tenang untukmembantu klien mengungkapkan perasaannya.
K : merasa tertarik dengan ajakan perawat,dan merasa perawat peduli dengan perassannya.
Kontrak waktu,tempat dan topic akan mengarahkan pembicaraan terfokus pada tujuan yang hendak dicapai.
K : boleh suster,tempatnya disini saja yah.
K : mengangkat kepala dan memandang perawat
P : memandang ibu S dan kontak mata
P : merasa senang atas respon yang ditnjukan ibu S
K : merasa senang perawat mau mendengarkan keluhannya.

P : Baik bu,jadi sebenarnya apa yang ibu rasakan
P : duduk menghadap klien ,memandang klien dan tersenyum.
K : duduk ditempat tidur menghadap perawat,kontak mata .
P : merasa tenang menghadapi ibu S
K : merasa siap untuk bercerita pada perawat.
Pertanyaan terbuka memungkinkan klien ntuk menceritakan perasaannya secara mendalam.
 K : saya merasa Allah tidak adil dan tidak sayang  sama saya ,saya  sudahberusaha hidup sehat tapi tetap dikasih sakit berat
K : memandang perawat dan  kontak mata.
P : memandang ibu S,
P : merasa senang  ibu S mau bercerita
K : merasa senang bisa menceritakan masalahnya ke perawat dengan harapan akan memdapat bantuan untuk menyelesaikan masalahnya.

P : oh jadi menurut ibu Allah tidak adil dan sayang sama ibu,maukah ibu menyebutkan pendapat ibu tentang ag ama yang ibu anut selama ini?
P : menatap ibu S dan kontak mata.
K : memandang perawat berusaha meyakinkan pendapatnya.
P : menunjukan keseriusan mendengarkan keluhan ibu S dan berusaha mengklarifikasi untuk meyakinkan pemahaman perawat .
K :  merasa senang perawat menyimak keluhannya.
Klarifikasi adalah teknik komunikasi yang digunakan untuk menyamakan persepsi antara perawat dan kl
K : saya seorangmuslim dan beragama islam,tadinya saya selalu percaya agama saya yang terbaik tapi dengan sakit ini ,saya merasa ragu dengan agama saya.Allah memberi saya sakit yang beratdan saya merasa tidak sanggup menanggungnya
K : memandang perawat dan kontak mata,tampak keraguan dari nada suara yang diucapkan ibu S.
P : memandang dan tersenyum pada ibu S
P : menunjukan ketenangan mendengarkan keluhan ibu S,tidak menyanggah atau membenarkan.
K : merasa yakin untuk menceritakan pendapatnya pada perawat.

P :menurut ibu, apakah agama yang ibu anut masih membawa ketenangan dan kedamaian dalam hidup ibu?

K : sebenarnya sih dalam lubuk hati saya terdalam,saya masih percaya agama saya.
P : memandang ibu S dan menyentuh tangannya.
K : memandang perawat dan kontak mata



K : nada suara terdengar ragu, memandang perawat dan wajah masih tampak cemas.
P : mengangguk-anggukan kepala.
P : merasa tenang untuk menggali perasaan ibu S





P : merasa tenang mendengarkan keluhan ibu s
 K : tampak bersemangat






K : tampak bersemangat
Mengkaji pendapat ibu S tentang agamanya

P :oh, jadi menurut ibu agama yang ibu yakini masih membawa kedamaian dihati ibu? Lalu kegiatan ibadah apa saja yang masih bisa ibu kerjakan dengan kondisi sakit ibu ini? Misalnya shalat atau dzikir?
P : memandang dan kontak mata dengan ibu S.
K : mengangguk-angukan kepala,sambil sesekali memamdang perawat.
P : mencoba mengklarifikasi ucapan ibu S.
K : menyimak pertanyaan perawat dengan sungguh-sungguh.
Klarifikasi merupakan teknik komunikasi untuk menyamakan persepsii antara perawat dank lien.
K : bila merasa sakit sekali waktu kemoterapi saya masih suka berdzikir menyebut nama Allah.
P : memandang,dan mengangukan kepala.
K : memandang dan kontak mata dengan perawat.
P : menyimak perkataan ibu S dengan harapan dapat menemukan jalan keluar untuk masalah ibu S.
K : merasa bersemangat menceritakan masalahnya.

P :Baik bu, bagus sekali ibu s masih melakukan dzikir ketika ibu merasakan sakit karena kemoterapi.Bagaimana perasaan ibu setelah melaksanakan dzkir?
P : memandang ibu S sambil tersenyum dan mengajungkan jempol.
K : memandang perawat dan tersenyum juga.
P : merasa senang klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang masih bisa klien lakukan.
K : tampaksenang atas tanggapan perawat.
Reinforment positif  membuat seseorang senang sehingga tingkah laku tersebut dapat diulangi.
K : saya merasa lebih tenang sih suster,sakit yang saya rasakan rasanya berkurang.
K : memandang dan kontak mata.
P : memandang ibu S,dan tersenyum.
P : merasa tenang
K: merasa lebih rileks dan tenang

P : bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
P : menyentuh tangan klien dan tersenyum.
K : memandang perawat
P : mempersiapkan diri untuk mengakhiri perbincangan.
K : merasa senang setelah bercerita pada perawat.
Mengeksploitasi sejauh mana perasaan klien setelah berbincang-bincang.
K : saya merasa lebih lega suster.
K : ekspresi wajah lebih cerah,tersenyum dan memandang perawat.
P : tersenyum dan memandang ibu S.
P : merasa senang karena ibu S merasa lebih baik setelah berbincang-bincang dengan perawat.
K : merasa senang

P : nah ibu S untuk selanjutnya bila ibu merasa cemas atau sakit terutama waktu kemoterapi ibu dapat berdzikir,jangan lupa yah bu
P : memandang ibu S dan kontak mata.
K : tersenyum dan memandang perawat.
P : merasa perlu untuk menegaskan kegiatan yang dapat dilakukan ibu S.
K : merasa senang menemukan kegiatan ibadah yang ternyata bermanfaat.
Menegaskan kembali tindakan yang dapat dilakukan ibu S.
P :sampai disini dulu perbincangan kita yah bu, bagaimana kalau nanti siang waktu dhuhur suster kesini lagi untuk membicarakan cara ibadah yang lain yaitu sholat,bagaimana ibu setuju?suter pamit dulu.assalamualaikum
P : memandang ibu S,mengulurkan tangan untuk pamitan sementara dengan ibu S.
K : tersenyum dan menerima jabatan tangan suster.
P : merasa tenang mengakhiri interaksi sementara dan membuat kontrak selanjutnya.
K : merasa tenang dan setuju dengan kontrak yang dibuat perawat untuk pertemuan selanjutnya.
Kontrak yang akan datang akan menjadi lanjutan dari interaksi perawat dan klien.


E.     Strategi Komunikasi & Percakapan

Komunikasi terapeutik (Dewit, 2005) merupakan komunikasi yang berfokus pada kebutuhan klien dimana komunikasi ini meningkatkan pemahaman perawat klien. Sedangkan menurut (Potter & Perry, 2009) merupakan konsep spesifik yang mendorong ekspresi perasaan dan ide serta menyampaikan penerimaan dan penghargaan. Dalam proses komunikasi terapeutik dengan klien harus melalui 4 fase, yaitu: fase prainteraksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.

a.      Fase Prainteraksi
Fase ini terjadi sebelum perawat bertemu dengan klien. Dalam hal ini perawat mengumpulkan informasi tentang klien dari status rekam medis klien, catatan perawat, atau diskusi antar perawat lainnya yang merawat klien.
Dalam tahapan ini perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan kekuatannya, menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan komunikasi dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien, tahap ini dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Strategi komunikasi yang harus dilakukan perawat dalam tahapan ini adalah:
1)      Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan, dan mengidentifikasi kecemasan
2)      Menganalisis kekuatan dan kelemahan fisik
3)      Mengumpulkan data dan informasi
4)      Merencanakan pertemuan pertama dengan bersikap positif dan menghindari prasangka buruk terhadap klien dipertemuan pertama

b.      Fase Orientasi
Fase ini dimulai saat perawat dan klien bertemu pertama kalinya dan sangat menentukan bagaimana hubungan perawat dengan klien. Selama pertemuan pertama perawat dan klien saling mengkaji satu sama lain, sehingga mereka dapat membuat kesimpulan dan penilaian atas tingkah laku masing-masing. Pada fase ini membina rasa saling percaya (bina trust) sangat diutamakan guna kelancaran komunikasi. Berikut adalah strategi komunikasi yang dapat digunakan oleh perawat pada fase ini,yaitu:
1)      Membina saling percaya
2)      Menetapkan kontrak (waktu, tempat, dan topic pembicaraan)
3)      Mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perbuatan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan tekhnik komunikasi (pertanyaan terbuka)
4)      Merumuskan tujuan interaksi dengan klien
5)      Menjaga privasi/kerahasiaan klien.

c.       Fase Kerja
Pada fase ini terjalin kerjasama antara perawat dan klien dalam mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan masalah yang telah ditemukan pada fase orientasi. Pada fase ini perawat mendorong ekspresi terbuka perasaan klien dengan sabar dan penuh pemahaman. Empati dan penghargaan perawat akan membantu menelusuri perasaan dan pikiran klien yang sesungguhnya. Strategi yang dapat diterapkan pada fase ini adalah:
1)      Berhadapan dengan lawan bicara
2)      Sikap tubuh terbuka, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi
3)      Menunduk/memposisikan tubuh ke arah/lebih dekat dengan lawan bicara
4)      Pertahankan kontak mata sejajar dan natural
5)      Bersikap tenang

d.      Fase Terminasi
Fase ini merupakan fase akhir pertemuan antara perawat dengan klien.  Fase terminasi dibagi menjadi dua yaitu fase terminasi sementara dan fase terminasi akhir. Fase terminasi sementara terjadi saat berakhirnya masa kerja perawat (shift), sementara fase terminasi akhir terjadi saat akhir masa rawat klien. Dalam fase  ini ada beberapa tugas perawat yang harus dilakukan, yaitu:
1)      Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif).
2)      Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
3)      Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
4)      Merencanakan kontrak salanjutny (waktu, tempat, dan topik).

Contoh Aplikasi
1.      Fase Pra Interaksi
a.       Mengeksplorasi perasaan, mendefinsikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan. Contohnya “perasaan saya sebelum menghadapi pasien Tn. T, saya merasa cemas karena ini pertemuan pertama dengan pasien yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dibidang kesehatan, saya khawatir saya melakukan kesalahaan dalam berkomunikasi dan dalam melakukan intervensi. Saya berharap mampu melakukan interaksi yang baik dengan pasien sebagai perawat professional, membina hubungan saling  percaya dan mampu melakukan intervensi berdasarkan prosedur sesuai dengan ilmu keperawatan. Saya berusaha mengatasi kecemasan dan kekuatiran tersebut dengan relaksasi dan teknik nafas dalam, mengingat kembali teori yang berkaitan dengan penyakit dan kondisi pasien, meyakinkan diri bahwa saya bisa menghadapi pasien Tn. T.
b.         Menganalisis kekuatan dan kelemahan fisik
Contohnya “Saya sudah menguasai teori-teori tentang komunikasi dan teori terkait penyakit pasien Tn.T, cara membina trust dengan pasien, namun saya merasa belum percaya diri untuk menghadapi pasien. Saya berharap dengan penguasaan teori akan mengurangi rasa tidak percaya diri saya.
c.         Mengumpulkan data dan informasi dari catatan perawat, status rekam medis atau hasil diskusi dengan perawat lainnya yang merawat klien sebelumnya.
d.        Merencanakan pertemuan pertama dengan bersikap positif dan menghindari prasangka buruk pada pertemuan pertama
Contoh: “pada saat saya bertemu pasien pada pertemuan peratama, saya akan bersikap ramah, tersenyum, bersikap terbuka dan saya akan menganggap klien sebagai orang yang memerlukan bantuan keperawatan 
Fase Orientasi
Contoh: “selamat siang bapak perkenalkan nama saya Aris, pagi ini saya akan merawat bapak dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB. Kalu boleh saya tahu nama bapak siapa? Dan senang dipanggil apa? Apa yang bapak rasakan pagi ini? Bagaimana tidurnya semalam? Pagi ini program bapak adalah control gula darah dengan menggunakan alat ini, waktunya sekitar 5 menit dengan cara mengambil sample darah kira-kira satu tetes dari ujung jari bapak. Mungkin rasanya sedikit tidak nyaman. Bagaimana apakah bapak setuju? Baiklah saya akan menyiapkan alatnya terlebih dahulu.

3. Fase Kerja
Contoh: “Baiklah bapak sesuai kesepakatan kita tadi bahwa saya akan mengambil sample untuk mengukur kadar gula darah bapak, sebelum saya lakukan apakah ada hal yang ditanyakan?
Kemudian lakukan intervensi sesuai rencana dan standar prosedur.

4. Fase Terminasi
“Hasil gula darah bapak pagi ini adalah 120 mg/dL”
‘Bagaimana perasaan bapak setelah dilakukan tindakan ini?”
“Baiklah setelah bapak sarapan pagi, sekitar pukul 08.00 saya akan kembali ke kamar bapak untuk memberikan obat untuk bapak.
“Baiklah bapak, apabila memerlukan bantuan saya, bapak bisa memanggil saya berada di ruangperawat.”
“Selamat Pagi”



 DAFTAR PUSTAKA


Potter & Perry .(2009). Fundamental Keperawatan. Buku 1.(Edisi 7). Edisi Terjemahan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry.(2005). Fundamental of Nursing. Mouriss: Mosby

Videbeck. L.S.(2008).Buku Ajar Keperawatan Jiwa.  Edisi Terjemahan. Jakarta : EGC

Dewit, Susan C. (2005). Fundamental Concep And Skills For Nursing. Canada:Saunders

Azizah, Lilik . (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Graha Ilmu

0 komentar:

Posting Komentar

 

Support

Support

Support

Support

Support

Support