Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Kongestif (CHF)


Saat ini berbagai masalah kesehatan yang serius di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya pola hidup yang tidak sehat, cara pemeliharaan kesehatan yang tidak baik, pola makan yang tidak baik dan juga faktor sosial ekonomi.
Masalah kesehatan yang banyak menimbulkan kematian adalah Congestive Heart Failure / Gagal Jantung Kongestif. Penyakit CHF umumnya diderita oleh orang dewasa pria daripada wanita. Jumlah presentasinya 3% pada orang berusia 45-60 tahun, 75% pada orang yang berusia di atas 60 tahun. (Jensen and Miller, 1995).
Penyebab dari CHF adalah myocardial infark, hipertensi sistemik, dan stenosis pulmoner. Pada pasien dengan CHF dianjurkan untuk berolah raga secara teratur yang diselingi dengan istirahat yang cukup (tidak bekerja berlebihan) dan sebaiknya menghindari kemarahan emosional.
Dengan adanya makalah ini penulis berusaha menggambarkan tentang penyakit CHF sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan secara dini bila didapatkan gejala-gejala CHF seperti jantung berdebar-debar, cepat lelah, sesak napas dan keinginan berkemih pada malam hari.
Peran perawat yang dilakukan untuk menurunkan angka kejadian dengan memberikan penyuluhan CHF kepada masyarakat. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan atau mengurangi resiko timbulnya CHF.

1.      Definisi
·    Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Brunner & Suddarth, hal. 805).
·        CHF adalah sindroma kompleks yang secara klinik diakibatkan dari ketidakmampuan dari jantung untuk memenuhi metabolisme tubuh. (Thompson Mc. Farland Hirsh Tucker, 2002, hal. 66).


2.      Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berongga, berotot yang terletak di tengah toraks dan menempati rongga antara paru dan diafragma. Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, mensuplai oksigen, dan zat nutrisi lain serta mengangkut karbondioksida. Jantung berada di rongga mediastinum dan terbungkus dalam kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Sisi kanan dan kiri jantung masing-masing tersusun atas dua kamar yaitu atrium dan ventrikel. Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beban kerjanya. Dinding atrium lebih tipis daripada dinding ventrikel karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan kemudian menyalurkannya ke ventrikel. Ventrikel kiri menyemburkan darah melawan tahanan sistemis yang tinggi, sementara ventrikel kanan melawan tekanan darah pembuluh darah paru.
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah dalam jantung. Ada 2 jenis katup yaitu katup atrioventrikularis dan katup semilunaris.
a.       Katup Atrioventrikularis, yaitu katup yang memisahkan atrium dan ventrikel.
-          Katup Trikuspidalis yaitu katup yang memisahkan atrium dan ventrikel.
-          Katup Mitral atau Bikuspidalis yaitu katup yang memisahkan atrium dan ventrikel kiri.
b.      Katup Semilunaris, yaitu katup yang terletak diantara tiap ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
-          Katup Pulmonalis, yaitu katup yang terletak diantara tiap ventrikel kanan dan arteri pulmonalis.
-          Katup Aorta, yaitu katup yang terletak diantara ventrikel kiri dan aorta.

Sistem Hantaran Jantung
Nodus Sinoatrial (SA) yang terletak antara sambungan vena cava superior dan atrium kanan adalah awal mula sistem hantaran dan normalnya berfungsi sebagai pacu jantung ke seluruh miocardium (otot jantung). SA memulai sekitar 60-100 impulse permenit pada saat jantung normal istirahat, tetapi dapat mengubah frekuensinya sesuai kebutuhan tubuh.
Sinyal listrik yang dimulai oleh nodus SA kemudian dihantarkan dari sepanjang sel miokardium ke nodus atrioventrikularis (AV). Nodus AV (terletak di dinding atrium kanan dekat katup trikuspidalis) memiliki kecepatan intrinsik sekitar 40-60 impulse permenit. Impuls dari AV akan diantarkan melalui suatu bundel serabut otot khusus (Bundel His). Bundel His akan bercabang menjadi cabang bundel kanan dan kiri kemudian berakhir sebagai serabut yang dinamakan serabut purkinje.

Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Tekanan yang bertanggung jawab terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot ventrikel. Ketika otot berkontraksi, darah terdorong dari ventrikel ke aorta selama periode dimana tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan menjadi seimbang, katup aorta akan menutup dan keluaran dari ventrikel kiri terhenti. Darah yang telah memasuki aorta akan menaikkan tekanan dalam pembuluh darah tersebut. Akibatnya terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah secara progresif ke arteri, kapiler dan vena. Darah kemudian kembali ke atrium kanan karena tekanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan vena.
Selama diastolik katup atrioventrikularis dan darah yang kembali dari mengalir ke atrium dan kemudian ke ventrikel. Selama diastolik tekanan di dalam ventrikel dengan cepat meningkat mendorong katup AV untuk menutup. Konsekuensinya tidak ada lagi pengisian ventrikel dan atrium dan darah yang dihembuskan dari ventrikel tidak dapat mengalir balik ke atrium.
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel selama satu satuan waktu. Curah jantung sebanding dengan volume sekuncup (SV) dikalikan frekuensi jantung (HR). Frekuensi jantung dipengaruhi oleh impuls parasimpatis yang dapat memperlambat HR dan impuls simpatis dapat meningkatkan HR. Volume sekuncup (SV) merupakan sejumlah darah yang disemburkan setiap denyut.

3.      Etiologi
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan oleh :
a.       Kelainan otot jantung : aterosklerosis koroner, hipertensi atrial, penyakit otot degeneratif.
b.      Hipertensi sistemik
c.       Hipoxia
d.      Penyakit jantung lain (MCI)
e.       Embolus paru
f.       Aritmia
g.      Anemia, penyakit tiroid.

4.      Patofisiologi
Pada gagal jantung kontraktilitas jantung berkurang dan ventrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastol. Hal ini menyebabkan volume diastolik akhir ventrikel secara progresif bertambah.
Volume sekuncup ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
a.       Kontraktilitas intrinsik otot jantung
Kontraksi dapat meningkat akibat katekolamin, aktivitas saraf simpatis. Kontraktilitas berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
b.      Preload
Merupakan sinonim dari Hukum Starling, yaitu jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
c.       After load
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriola.
Volume diastolik akhir meningkat secara progresif sehingga serat otot ventrikel mengalami peregangan melebihi panjang optimalnya. Tegangan yang dihasilkan menjadi berkurang karena ventrikel teregang oleh darah. Semakin ventrikel terisi berlebihan, semakin sedikit darah yang optimal dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan peregangan otot semakin bertambah.
Sisa darah yang tertinggal dan ditambah dengan venous return di ventrikel kiri akan menyebabkan peningkatan volume darah sehingga akan menyebabkan peningkatan pengisian ventrikel (preload) atau menurunkan SV dengan meningkatkan after load yang harus dilawan oleh kerja pompa ventrikel. Peningkatan preload dan after load menyebabkan peningkatan beban kerja dan kebutuhan O2 jantung. Jika kebutuhan O2 tidak terpenuhi maka serat otot semakin hipoksik sehingga kontraktilitas berkurang. Akibat buruknya, kontraktilitas terjadi akumulasi volume di ventrikel.
Pada hipertensi sistemik menyebabkan ventrikel kiri hipertropi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan. Gagal ventrikel kiri (edema paru akut) sering mendahului gagal ventrikel kanan sehingga curah ventrikel berpasangan dan terjadi gagal salah satu ventrikel yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan.

5.      Tanda dan Gejala
a.       Gagal jantung kiri
-          Dyspnea
-          Batuk
-          Mudah lelah
-          Gelisah dan cemas.
b.      Gagal jantung kanan
-          Edema
-          Hepatomegali
-          Anoreksia
-          Nokturia
-          Lemah.

6.      Test Diagnostik
a.       MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Identifikasi pembesaran ventrikel.
b.      Foto thorax
Identifikasi pembesaran jantung.
c.       EKG
Melihat adanya hipertrofi atrial/ventrikuler iskhemia.
d.      ECG
Identifikasi ketidaknormalan katup pembesaran jantung.
e.       Enzim-enzim Jantung
Khususnya CK/MB meningkat (gangguan otot jantung).
f.       Kateterisasi
Identifikasi perbedaan gagal jantung kanan atau kiri.
g.      Echocardiogram
Identifikasi ukuran, bentuk dan pergerakan otot jantung dan katup jantung melalui gelombang suara ultrasonik.

7.      Therapi Medik
a.       Memperbaiki daya pompa jantung.
-          Therapi Digitalis : Ianoxin
-          Obat Inotropik : Amrinone (Inocor), Dopamine (Intropin)
b.      Pengendalian retensi garam dan cairan
-          Diet rendah garam
-          Diuretik : chlorothiazide (Diuril), Furosemide (Lasix), Sprionolactone (aldactone).
c.       Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor : captropil, enalopril, lisinopril.

8.      Komplikasi
-          Edema pulmonal
-          Miocardiac infark
-          Gagal ginjal
-          Gagal hati.

A.    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
a.       Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-          Riwayat hipertensi
-          Ketidakpatuhan terhadap diet
-          Kebiasaan merokok
-          Kebiasaan minum obat yang dibeli di warung.
b.      Pola nutrisi metabolik
-          Anoreksia
-          Penurunan BB
-          Mual, muntah.

c.       Pola eliminasi
-          Nokturia
-          Perubahan pola berkemih.
-          Konstipasi
d.      Pola aktivitas dan latihan
-          Fatigue
-          Penurunan toleransi beraktivitas.
-          Sesak napas.
e.       Pola tidur dan istirahat
-          Gangguan pola tidur karena dyspnea dan nokturia.
-          Paroxymal nokturia, dyspnea
f.       Pola kognitif dan persepsi sensori
-          Kurang pengetahuan tentang masalah dan perawatan.
-          Pengenalan terhadap lingkungan sekitar, orientasi tempat dan waktu.
g.      Pola persepsi dan konsep diri
-          Gangguan body image, berhubungan dengan edema.
-          Kecemasan.
h.      Pola peran dan hubungan dengan sesama
-          Kesulitan memenuhi tanggung jawab karena fatigue.
i.        Pola reproduksi dan seksual
-          Penurunan libido dan impotensi berhubungan dengan fatigue dan pengobatan.
j.        Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.
-          Kecemasan b.d dyspnea.
-          Kecemasan b.d penyakit kronis.
-          Berduka karena kehilangan peran dan fungsi.
-          Kesiapan menghadapi kematian.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Penurunan cardiac output b.d penurunan kontraktilitas gangguan irama jantung overload cairan atau peningkatan after load.
b.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal.
c.       Intoleransi beraktivitas b.d penurunan cardiac output, Hb yang meningkat.
d.      Kurang pengetahuan b.d proses penyakit dan perawatan.

e.       Ansietas b.d dyspnea, takut kematian.
f.       Gangguan pola tidur b.d nokturnal, dyspnea, ketidakmampuan menyesuaikan posisi yang tidak nyaman.

3.      Perencanaan Keperawatan
a.       Penurunan cardiac output b.d penurunan kontraktilitas, gangguan irama jantung overload volume cairan atau peningkatan afterload.
HYD : Mempertahankan cardiac output yang optimal ditandai dengan :
-          HR < 100 x/menit.
-          TD sistolik optimal, ditandai dengan capillary refill < 3 detik dan tidak ada periperal edema.
-          Tidak ada BJ III.
Intervensi keperawatan :
1)      Monitor dan dokumentasikan HR, TD.
R/ salah satu tanda gagal jantung adalah peningkatan HR, adanya BJ III atau murmur menandakan peningkatan volume cairan. Penurunan TD menandakan penurunan CO.
2)      Berikan obat jantung sesuai instruksi dokter dan dokumentasikan reaksi pasien.
R/ agent farmakoterapeutik mengubah preload, kontraktilitas atau after load.
3)      Observasi tanda dan gejala hipoxemia seperti confusion, dyspnea, disritmia, takikardi dan cyanosis. 
R/ pasien yang dyspnea menggunakan otot aksesoris.
4)      Berikan istirahat yang adekuat dengan memonitor level suara membatasi pengunjung.
R/ istirahat mengurangi konsumsi myocardial oksigen.
5)      Monitor status cairan.
R/ volume cairan dapat meningkatkan kerja jantung.
6)      Kurangi rasa takut dan kecemasan.
R/ takut dan cemas mengaktifkan nervus simpatik dan meningkatkan HR, kontraktilitas myocardial dan vasokonstriksi.
  
b.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d penurunan perfusi ginjal dan therapi diuretik.
HYD : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
Intervensi keperawatan :
1)      Monitor level sodium dan potasium.
R/ hiponatremia dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, hipokalemia dapat menyebabkan fatigue, ileus, ventrikel fibrilasi.
2)      Timbang BB seminggu sekali.
R/ mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
3)      Observasi intake dan output.
R/ untuk menentukan intervensi yang sesuai untuk dilakukan.
4)      Berikan batasan cairan.
R/ untuk menghindari terjadinya edema (kelebihan cairan).

c.       Intoleransi aktivitas b.d penurunan cairan output.
HYD : Pemenuhan kebutuhan aktivitas dasar terpenuhi tanpa peningkatan
            beban kerja jantung    
Intervensi keperawatan :
1)      Pertahankan kestabilan jantung dengan mengevaluasi CO, HR.
R/ aktivitas menyebabkan peningkatan kontraktilitas myocardia.
2)      Jadwalkan program aktivitas ketika keadaan pasien sudah stabil.
R/ bedrest memiliki efek peningkatan resiko atelektasis dan pneumonia dan kerusakan integritas kulit.
3)      Evaluasi kemampuan pasien beraktivitas.
R/ aktivitas berlebihan meningkatkan kerja jantung.
4)      Berikan anti koagulan sesuai instruksi.
R/ heparin mencegah pembentukan fibrin.
5)      Hindari kondisi yang berhubungan dengan valsava maneuver.
R/ valsava maneuver meningkatkan tekanan intrakranial dan menurunkan aliran darah balik ke jantung.

d.      Kurang pengetahuan b.d proses penyakit dan perawatan.
HYD : Pengetahuan pasien bertambah ditandai dengan :
-          Pasien dapat mengulang kembali penyuluhan perawat.
-          Pasien dapat merubah pola hidupnya.
Intervensi keperawatan :
1)      Berikan penyuluhan pada pasien.
R/ menambah pengetahuan pasien.
2)      Jelaskan tentang batasan makanan/minuman.
R/ pasien mengerti pentingnya diet yang dilakukan.
3)      Tekankan pentingnya memonitor tanda dan gejala peningkatan gagal jantung.
R/ deteksi awal mengidentifikasi perkembangan penyakit.
4)      Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang rencana asuhan.
R/ pasien dengan CHF ada resiko terkena komplikasi kardiovaskuler.

e.       Ansietas b.d dyspnea, takut akan kematian.
HYD : -    Pasien akan mengekspresikan ansietas pada orang di sekitarnya.
-          Berkurangnya perasaan takut dan khawatir tentang keadaannya.
Intervensi keperawatan :
1)      Berikan lingkungan yang mendorong terciptanya diskusi terbuka tentang perasaannya.
R/ lingkungan yang mendukung menciptakan suasana yang enak untuk berdiskusi.
2)      Ikut sertakan sistem pendukung pasien dan libatkan sumber.
R/ pasien lebih terbuka dan mau mengungkapkan perasaannya.
3)      Berikan waktu pasien untuk mengekspresikan dirinya.
R/ memberikan waktu, pasien agar lebih tenang.
4)      Observasi ekspresi wajah dan tingkah laku mengenai ketakutannya terhadap kematian.
R/ untuk mengetahui apakah pasien telah menerima keadaannya.

f.       Gangguan pola tidur b.d nokturnal, dyspnea, ketidakmampuan untuk menyesuaikan posisi tidur yang tidak nyaman.
HYD : Kebutuhan tidur klien terpenuhi ditandai dengan :
-          Tidak tampak menguap
-          Tidak ada lingkaran hitam di mata.
Intervensi keperawatan :
1)      Jelaskan penyebab nokturnal, dyspnea.
R/ untuk mengurangi kegelisahan yang disebabkan karena bangun lebih awal pada saat nafas sesak.
2)      Jelaskan pada pasien posisi tidur dengan menggunakan 2 bantal/lebih.
R/ memberikan rasa nyaman dan untuk mengatasi sesak.
3)      Anjurkan pasien untuk minum diuretik sesuai dosis yang dianjurkan.
R/ mengurangi pengeluaran urine pada malam hari.

4.      Discharge Planning
Penyuluhan pasien gagal jantung kongestif adalah :
a.       Istirahat cukup
1)      Istirahat teratur setiap hari.
2)      Memperpendek waktu kerja bila memungkinkan.
3)      Menghindari kecemasan emosional.
b.      Menerima kenyataan bahwa pemakaian digitalis dan pembatasan natrium/ garam mungkin harus dialami seumur hidup.
1)      Minum digitalis sesuai dosis.
2)      Minum diuretik sesuai resep.
-          Menimbang BB setiap hari.
-          Mengetahui tanda dan gejala kehilangan kalium.
3)      Minum vasodilator sesuai resep.
-          Belajar mengukur TD sendiri dengan interval yang dianjurkan.
-          Mengetahui tanda dan gejala hipotensi ortostatik.
c.       Pembatasan natrium
d.      Melakukan aktivitas yang masih toleran sesuai beban jantung.
e.       Menghindari panas dan dingin yang berlebihan yang akan meningkatkan kerja jantung.



DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC, 2001.

Chung, Edward K. Cardiovascular Diseases. USA. 1987.

Doengoes, Marilynn E. Alih bahasa, I Made Kariasa. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC, 1999.

Lewis. Medical Surgical Nursing : Assessment & Management of Clinical Problem. Missouri : Mosby Inc, 2000.

R. Sjamsuhidayat. Win de Jong. Ilmu Bedah. Jakarta : FKUI, 1997.

Thompson. Mc. Farland Hirsh Tucker. Clinical Nursing. USA, 2002.















0 komentar:

Posting Komentar

 

Support

Support

Support

Support

Support

Support