Mendengar istilah Seren Taun bagi urang sunda sudah bukan kalimat yang aneh
lagi, kalau di tanya tahu pasti akan tahu tetapi bila di kaji lebih lagi apakah
pernah ikut terlibat dalam kegiatannya atau sekedar menyaksikan acaranya, belum
tentu semua urang Sunda pernah ikut, karena tidak semua daerah di
tatar Sunda mengadakan kegiatan Seren Tahun in. Dikutip dari Wikipedia
ada Beberapa desa adat Sunda yang rutin menggelar upacara Seren Taun tiap
tahunnya yaitu Kasepuhan Banten Kidul Desa
Ciptagelar Cisolok Kabupaten Sukabumi, Desa Cigugur Kecamatan
Cigugur Kabupaten Kuningan, Desa adat Sindang
Barang, Desa Pasir Eurih Kecamatan Taman Sari Kabupaten
Bogor, Desa Kanekes Kabupaten
Lebak Banten dan Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya
Definisi dari Seren Taun itu sendiri menurut saya adalah suatu acara
syukuran warga masyarakat kepada sang pencipta akan berkah hasil alam yang
melimpah.
Seren Taun kalo secara etimologi berasal dari kata dalam Bahasa
Sunda SEREN yang artinya serah, seserahan, atau menyerahkan,
dan TAUN yang berarti tahun. Jadi Seren Tahun bermakna serah
terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya. Dalam
konteks kehidupan tradisi masyarakat peladang Sunda, seren taun merupakan
wahana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil pertanian
yang dilaksanakan pada tahun ini, seraya berharap hasil pertanian mereka akan
meningkat pada tahun yang akan datang. spesifiknya lagi, upacara seren taun
merupakan acara penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun
waktu satu tahun untuk disimpan ke dalam lumbung atau
dalam bahasa Sunda disebut LEUIT.
Leuit di Ciptagelar sendiri ada 2 macam, yaitu leuit Indung ( Leuit Si
jimat ) dan Leuit Leutik ( leuit Kecil ), kedua leuit tersebut terlebih leuit
Si Jimat pada saat Upacara Seren Taun akan menjadi primadona bagi fotografer
dan warga untuk bisa mengabadikan beberapa ritual yang berlangsung di leuit
pada saat upacara. Jadi persiapkan saja nanti tripod sepanjang 1 meter biar kebagian momennya, heheheh..
Upacara Seren Taun diadakan setiap tahunnya di Kampung adat Ciptegalar ini,
dan tahun ini adalah upacara seren taun yang ke 647. Salut dan bangga pisan, keren lah pokokna, disatu sisi ketika orang ramai mengagungkan dan bangganya
dengan budaya asing, masih ada masyarakat yang mempertahankan dan melestarikan
budaya Sunda. Edunn.....
Upacara Seren Taun menjadi acara puncak di kampung Adat Ciptagelar setelah
rentetan acara adat yang lain, yang menarik rentetan acara Adat ini berlangsung
selama kurang kebih 5 hari, dengan berbagai acara yang menurut saya langka di
temui, semisal Wayang Golek, Jaipongan, kendang penca, Debus, lesehan, pameran
hasil karya warga dan lainnya, tidak perlu repot-repot kalian membayangkan
berapa biaya yang kira-kira habis untuk acara ini hehe. Toh ini biaya dari
warga untuk warga sendiri.
Zaman era modern sekarang ini, transisi
budaya lokal yang mengedepankan norma dan tatakrama khususnya budaya Sunda
makin tergerus oleh budaya luar sebut saja dari barat sana. Coba saja sekarang
anak-anak saat lewat depan orang tua, masih sering terdengar kalimat “Punten”,
berapa banyak anak yang saat pagi akan berangkat sekolah yang masih “Cium
Tangan” ke ibu dan bapaknya. Seberapa banyak anak tahu atau bahkan para orang
tuanya mengenai “bahasa Sunda”. beberapa kasus diatas hanya sebagian kecil
dampak negatif dari budaya asing masuk pun juga bagaimana kesadaaran kita sebagai generasi dari kebudayaan Sunda menyikapinya, tentu baik bila budaya asing di
sandingkan dengan budaya lokal tanpa merubah atau memodifikasi kearifan budaya
lokal itu sendiri.
Hayu kasadayana wargi nu ngaku urang
Sunda, urang nyundakeun deui urang Sunda, paribasana ku babasaan sadidinten
nganggo bahasa sunda nu merenah tur geunah kana manah, sinareng laku lampah nu
sasuai adat tatakrama Sunda.
Babaraha hiji poto anu ka potret ti mimitian mangkat, meuting, acara, nalika mulangna, mangga kapihatur........
0 komentar:
Posting Komentar