Bulan
Mei sampai dengan akhir Agustus merupakan bulan yang sangat pas untuk melakukan
kegiatan Traveling, Hiking atau Backpaking. Pas dalam hal waktu dan pas pula
dalam keuangannya. Saya sendiri memilih ketiganya traveling, hiking dan
backpaking jadi satu paket, tetapi persoalannya adakah tempat yang pas dari paket tersebut untuk bisa di
kunjungi? Jawabanya tentu saja banyak, mau tempat murah atau mahal, mau jauh
atau dekat tergantung kemampuan kita melakukan riset dan menggesek ATM betul!!!.
Tetapi bagi saya cukup berkunjung ke Kampung Adat Ciptagelar saja sudah jadi
satu paket traveling, hiking dan backpaking murah meriah walaupun aslinya
kesana berkendara naik motor. Saya meyakini jika banyak orang-orang sudah tahu
keberadaan Kampung Adat Ciptagelar ini, tetapi kalo ditanya sudah pernah kesana
atau belum pernah itu sudah lain soal. Saya pribadi sangat merekomendasikan ini
tempat sebagai salah satu destinasi wisata budaya dan adat paforit (baca :
Favorit), apalagi bila kalian ngaku orang USA ( Urang Sunda Asli ) yang belum
tahu tempat ini malu pisan euy (sambil tunjuk hidung), karena orang USA aslinya
mah sudah sering berkunjung ke Kampung adat Ciptagelar.
Bagi
kalian Travelunter yang berniat akan mendatangi Kampung Adat Ciptagelar, supaya
kalian tidak bingung mengenai hal apa saja yang perlu di persiapkan atau yang
bertanya apakah ada syarat tertentu untuk bisa datang ke Kampung Ciptagelar
tersebut, nah saya dengan baik hati dan tidak sombong hihihi.. berbagi tips
serta membahas sekilas mengenai Kampung Adat Ciptagelar ini.
Gambaran Umum
Kampung
Adat Ciptagelar berada di Kampung Sukamulya
(Ciptagelar)
Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Sukabumi Propinsi Jawa Barat tepat di bawah
kaki Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), sebelumnya Kampung Adat
Ciptagelar berada di Kampung Ciptarasa (Sirnarasa). Akan tetapi, pada bulan
Juli tahun 2001 masyarakat adat ini melakukan Hijrah dari Ciptarasa ke
Ciptagelar. Perpindahan kampung ini tidak lain perintah (Wangsit) yang di dapat
oleh Abah Anom pada waktu itu Bapak Encup Sucipta ( Sesepuh) dari para
leluhurnya, yang mau atau tidak harus mengikuti wangsit tersebut. Perpindahan
tempat ini bukan kali pertama dilakukan karena dari berbagai sumber yang saya
temukan,
dari rentang waktu tahun 1950-2000-an masyarakat Adat Ciptagelar sudah
melakukan beberapa kali perpindahan tempat tinggal. Ada yang berpendapat
perpindahan ini sebagai wangsit dari para leluhurnya dan ada pula yang
berpendapat bahwa perpindahan ini sebagai upaya untuk menapak tilasi dan
mengurus wilayah adat Kasepuhan yang berada di tiga wilayah kabupaten yaitu
wilayah Bogor, Banten dan Sukabumi. Perlu di ketahui pula bahwa jumlah
komunitas Kasepuhan Ciptagelar berjumlah sekitar 16.000 jiwa lebih yang
tersebar di tiga wilayah kasepuhan tadi.
Ciptagelar
saat ini di bawah komando Abah Ugi nama lengkapnya Ugi Sugriana Rakasiwi
menggantikan almarhum ayahnya yang meninggal pada tahun 2007 yakni Abah Anom Bapak
Encup Sucipta. Dengan didampingi Emak Alit (Istri Abah) dan 1 orang anaknya
serta Baris Kolot dan jajarannya
stafnya,
Abah Ugi yang saat ini berumur 30 Tahun, tergolong muda sebagai seorang sesepuh
adat,dengan bekal pengetahuan di bidang elektro dan bakat ‘Ngulik’nya, Abah Ugi
mampu membangun peradaban Kasepuhan Ciptagelar yang modern namun tidak
meninggalkan adat leluhurnya, Dengan pembuktian sudah adanya 4 turbin PLTA yang
mampu menerangi sekitar 100 kepala keluarga hasil konsep Abah Ugi, bukti
lainnya adalah sudah ada Studio Radio dan Stasiun Televisi yang bernama CIGA TV,
dan paling ajibnya lagi saat ini Abah sedang fokus melakukan pemetaan wilayah
Ciptagelar menggunakan pesawat tanpa awak (Drone) dengan membuat, merakit dan
menerbangkan Drone sendiri, Salut pisan euy...
Abah Ugi
Studio Radio dan CIGA TV
Salah satu turbin untuk pasokan listrik di Ciptagelar
Abah sedang fokus dengan Drone rakitannya
Rute Perjalanan
Kampung
Adat Ciptagelar berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dengan ketinggian 1050 Mdpl, suhu
udara 20 – 28 C dan kelembaban udara 84 % serta kemiringan lereng sekitar 25 - 45
% membuat perjalanan begitu nyaman, tetapi memang jalan yang berbatu tinggi dan
besar dan kontur tanah liat yang cukup licin menjadi tantangan buat kalian yang
menyukai medan seperti ini. Menuju Kampung Adat Ciptagelar sebenarnya banyak
jalan yang bisa dilalui, tetapi yang paling sering dan populer untuk wisatawan
ada tiga rute, yaitu :
1.
Rute
Kampung Cikakak Pelabuhan Ratu
Memalui
rute kampung Cikakak menurut saya sangat tidak recomend buat kalian yang
membawa motor jenis matic atau motor dengan 3 gigi apalagi sudah berumur,
dengan mobil pun sama golongan mobil sedan atau mobil ceper jangan harap bisa
sampai ke kampung Ciptagelar, yang ada bisa-bisa ngebul mesinnya, kontur jalan
berbahan dasar batu, kerikil tanah liat membuat perjalanan sangat berat di
tambah banyak tanjakan-turunan curam walaupun kalian akan menemukan jalan aspal
pada awal saja. Perjalanan dari rute ini memakan waktu sekitar 3 jam di motor
dan 6 jam dengan mobil sekelas SUV dan Offroad tetapi tergantung skill
berkemudi juga. Jaraknya sekitar 27 km dari gerbang masuk Pos Ojeg Samping Kanan
Hotel Samudra Beach Pelabuhan Ratu, Hanya saja kelebihan dari jalur ini kalian
akan termanjakan dengan panorama alam yang keren dengan melewati hutan
sepanjang 9 km, di hutan tersebut nantinya akan ditemukan beberapa saung rest
area yang nyaman untuk menepi dengan diselingi suara-suara binatang yang merdu.
Selain itu juga akan di jumpai situs napak tilas yang berada di kampung
pangguyangan (Cikakak) serta akan melewati kampung Ciptarasa terlebih dulu yang
dulunya sebagai pusat Kasepuhan Ciptagelar sebelum pindahan. Pada saat nanti
sampai di Ciptagelar jalur ini akan langsung masuk ke depan Imah Gede.
Foto - foto rute dari Kampung Cikakak
2.
Rute
Kampung Cimaja– Cikotok Pelabuhan Ratu
Bila
berniat memilih track melalui kampung Cimaja-Cikotok, perjalanan menuju Kampung
Adat Ciptagelar bisa lebih cepat, karena jalan yang akan dilalui setengahnya
sudah beraspal dan sisa jalan selanjutnya hampir sama tipenya dengan jalur
kampung Cikakak, dengan bebatuan besar, kerikil dan tanah liat. Jaraknya
sekitar 13 km dengan waktu tempuh
sekitar 2 jam berkendara menggunakan motor dengan kecepatan sekitar 60-70 km.
Spesifikasi kendaraan baiknya seperti yang saya utarakan di poin 1, karena
medannya memang lumayan sulit. Untuk kalian yang belum pernah ke Kampung
Ciptagelar, punya nyali lumayan buat asruk-asrukan
saya rekomendasikan melalui jalur ini. Bila nanti di jalan banyak pertigaan
jalan jangan sungkan untuk bertanya, karena warga sekitar sangat ramah bila di
ajak berkomunikasi dengan wisatawan. Melalui jalur ini pada saat datang di
Kampung Adat Ciptagelar kalian akan memutari Imah Gede, artinya kalian datang
tepat di belakangnya.
Foto - foto rute dari Kampung Cimaja-Cikotok
3.
Rute
Kampung Cicadas-Cikadu Lebak Banten
Untuk
jalur Kampung Cicadas-Cikadu Lebak Banten ini saya sendiri belum pernah
melaluinya, tetapi menurut beberapa informan yang saya tanyakan bahwa jalur ini
merupakan jalur terpanjang, walaupun jaraknya jauh tetapi jalan yang dilalui
sudah beraspal baik, pada saat kalian ambil jalur Cimaja- Cikotok jalur track
rute kampung Cicadas-Cikadu ini akan jelas terlihat ketika kalian berada di
puncak sebelum kampung Ciptagelar. Saya sendiri berencana menjajal jalur ini
nanti pada saat Seren Taun 2015. Jadi untuk detail jalurnya, akan saya bahas
setelah Seren Saun.
Tips :
Sebelum
berpergian menuju Kampung Ciptagelar, Cek berkala dulu deh kendaraan yang akan
di gunakan, kalo bisa Tune Up atau Uppgrade cc kendaraanya, biar pada saat
nanti naik tiap tanjakan kalian tidak perlu turun atau dorong kendaraanya, kalo
bawa motor usahakan single riding jangan berboncengan biar bebannya enteng.
Kalo bawa mobil pastinya yang 4WD setelan offroad yang begitu biar bisa langsung
sampai ke Kampung Ciptagelar. Wajib membawa perbekalan makan-minum karena
jangan harap ada mini market apalagi mall di sepanjang perjalanan dan jangan
lupa juga membawa persediaan bensin secukupnya siapa tahu kehabisan BBM. serta
wajib Safety Riding bro.
Kampung Adat Ciptagelar
Tiba
di Kampung Adat Ciptagelar baiknya ucapkan salam “Sampurasun” kepada orang yang
menyambut pada saat kalian tiba di Imah Gede sebagai ucapan salam adat sunda
dan sebagai penghormatan kepada kebudayaan warga disana. Di hari-hari biasa
Imah Gede tidak terlalu penuh oleh wisatawan sehingga bisa bergiliran masuk ke
Imah Gede untuk bertemu dengan Abah Ugi, nah kalo di hari libur atau weekend
jangan tanya deh seberapa banyak wisatawan yang ada di Kampung Ciptagelar, yang
jelas banyak banget, tapi yang salut Abah ugi tetap melayani para tamunya.
Sebelum
bisa bertemu dengan Abah Ugi, nantinya kalian akan di sambut terlebih dahulu
oleh ajudannya Abah biasanya oleh Kang Yoyo, nama lengkapnya Yoyo Yogasmana.
Tampilanya Sunda pisan dengan wajah berjenggot dan rambut panjang memakai Ikat
kepala, parang dan baju khas urang sunda. Saat bertemu pertama kali, saya pun
sempat kaget kok ada Jarred Letto (vokalis band 30 Second To Mars) di
Ciptagelar karena kalo di tingali-tingali ( di lihat ) mirip dan jangan salah
Kang Yoyo ini jiwa seninya tinggi jago main Karinding, debus, jago ngegambar, jago bahasa Inggris pula, coba saja berkunjung ke
rumahnya. Kang Yoyo ini sempat tinggal di Taiwan, New york dan Kanada sebelum mengabdi di
Ciptagelar..edun lah pokokna akang satu ini. kalo penasaran silahkan cek saja Channel Youtube-nya @Yoyoyogasmana.
Salah satu hasil gambar buatan kang Yoyo
Tempat
beristirahat berkumpul dan aktifitas wisatawan terfokus di Imah gede, kalian
akan di berikan kebebasan untuk mengambil makan dan minum, biasanya sebelum
bertemu Abah para wisatawan selalu di suruh untuk makan yang sudah di sediakan
oleh baris kolot, kalo istilah kang Yoyo “asal
kuat huntu”, karena memang harus kuat Gigi dan mulut untuk bergoyang mengunyah
makanan, persediaan makanan disana tiap waktu selalu ada, jadi kalo lapar
tinggal makan saja. Namun Omat (Ingat) kalo makan nasi disana harus di
habiskan, jangan sampai masih sisa di piring, karena filosofinya bagi warga
Ciptagelar padi itu sebagai kehidupan dan kehidupan itu harus di hargai, jadi
kalo sampai masih sisa tandanya kalian tidak menghargai orang yang menyediakan
makanan disana. Awas omat tah....bisi ga
bisa pulang..hehe
Foto - foto kegiatan di Imah Gede dan sekitarnya
Melimpahnya stok padi yang disimpan di Leuit
menjadi salah satu sistem tatanan ketahanan pangan warga Kampung Adat
Ciptagelar, Leuit itu sendiri sebagai simbol kekuatan. Perlu di ketahui bahwa
padi yang berada di Leuit mampu menyimpan stok padi selama 5-6 tahun. Artinya
selama rentan waktu itu warga Kampung Ciptagelar tidak akan mengalami yang
namanya kelaparan, mengingat stok beras disana cukup aman untuk 5 tahun kedepan
bahkan lebih. Menurut saya Pemerintah Indonesia harusnya bisa mencontoh sistem
ketahanan pangan yang telah berlangsung ratusan tahun di Kampung Ciptagelar,
jangan sampai sedikit-sedikit selalu impor beras, malu dong....
Foto foto Leuit yang menjadi ciri Khas Kampung Adat Ciptagelar
Momen
paling di tunggu oleh masyarakat adat Ciptagelar yaitu puncak Seren Taun adalah acara syukuran atas
melimpahnya hasil bumi yang di dapat oleh warga Ciptagelar. Acaranya di adakan pada akhir bulan Agustus atau
September yang diadakan selama 3 hari 3 malam, uniknya walaupun tidak pernah
ada pengumuman, iklan atau broadcast semacamnya Seren Taun setiap tahunnya selalu
di banjiri oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, awak media cetak elektronik
dan aparat pemerintahan. Bila kalian berniat untuk mengunjungi Kampung
Ciptagelar pada saat Seren Taun siap-siap saja berdesakan dan pastinya macet di
sepanjang jalan Kampung Ciptagelar.
Bertemu Abah
Hal
pertama yang perlu di ingat bahwa Kampung adat Ciptagelar ini memiliki Sesepuh
(Abah) yang selalu di hormati dan di junjung tinggi oleh warganya. Walaupun
kita bukan warganya tentu saja harus menghormati adat istiadat dan tata krama
yang berlaku disana. Jangan sampai tidak mengikuti aturan disana, mentang
mentang dari kota dengan gaya dan adat yang jauh berbeda, kalian bisa seenaknya
berbuat disana.
Hal
kedua ada beberapa syarat dan adat yang harus dipenuhi pada awal kita bertemu
dengan Abah Ugi, apalagi pertama kali baru bertemu, syarat dan adatnya tidak
aneh-aneh dan tidak berat untuk di penuhi, kang Yoyo di awal pasti akan
menjelaskan syarat dan adatnya kepada kalian, adapun syarat dan adatnya yaitu:
1. Persiapkan
barang bawaan bila dari rumah sudah membawa oleh-oleh atau cendramata, tetapi
syarat utamanya siapkan amplop berisi sejumlah uang seiklasnya dan rokok Djar*m
Sup*r mau sebungkus atau 1 pack terserah
lalu simpan di piring yang disediakan
2. Pada
saat bertemu Abah perwakilan wisatawan menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan
ke Kampung Adat Ciptagelar, mau menginap berapa lama dengan jumlah rombongan
juga di jelaskan.
3. Cara
bersalaman dengan Abah berbeda, kang Yoyo akan mempraktekan kepada kalian
bagaimana caranya, yang jelas unik dan menarik.
Syarat
dan Adat ini berlaku ketika kalian masuk kerumah Abah dengan posisi Abah duduk
di Singgasananya. Artinya dalam keadaan formal. Ketika abah sedang santai atau
sedang ngulik elektronik syarat diatas tidak berlaku, namun adat salamannya
masih sama baik ke Abah atau Emak Alit.
Tips :
Ikuti
segala adat yang berlaku disana, contohnya pakai iket kepala kalo yang sudah
punya, kalo belum punya Kang Yoyo mempunyai stok iket dan beberapa aksesoris
khas Ciptagelar di rumahnya untuk di jual inget ya, bukan untuk di minta, hanya
saja kang Yoyo tidak menawarkan tetapi kalo di tanya baru kang Yoyo bilang ada.
Untuk ngobrol dengan Abah Ugi supaya tidak canggung atau karagok, mulai obrolan
dengan hal yang berbau elektronik apalagi membahas pesawat atau Drone, sudah
pasti nyambung we lah.
Sayonara Kampung Ciptagelar
Setelah puas berada di Kampung
Ciptagelar dan bersiap untuk pulang meninggalkan Imah Gede apalagi kalian sudah
bebersih atau beres-beres bekas tempat tidur, bekas kopi dan sampah makanan
yang dibawa itu lebih bagus dan memang wajib begitu, ada hal yang perlu di
ketahui pula oleh para wisatawan, prinsipnya adalah kalo bertamu ke rumah orang
kan harus pamitan istilahnya “Datang
Katempo Tarang, Balik Katempo Punduk “. Jadi walaupun tidak ada Abah, bisa
pamitan ke Kang Yoyo, Emak Alit atau ke Baris Kolot yang penting sudah pamitan.
Apalagi kalo pamitan bari ngepeulkeun amplop langkung sae pisan hehe. Karena
menurut saya hal tersebut (Ngepeulan Amplop)
tidak ada apa-apanya dengan penerimaan yang luar biasa, kebaikan, ketulusan,
keramahan dan banyak ilmu yang kita ambil di Kampung adat Ciptagelar, dan
terpenting semuanya itu gratis.
Thanks
to All my Big team :
SKAS
Syndicate Community.
Bogor,
Juli 2015
ka sorry mau nanya, kalau ke kampung cipatagelar itu bayar ga? kalau bayar biaya masuk desa dan nginepnya berapa? terima kasih
BalasHapus