Pengertian
Menurut WHO,
penyakit kronis ( chonic diseases) adalah penyakit yang berdurasi lama dengan
progress kemajuan yang lambat, penyakit kronis termasuk dalam golongan penyakit
tidak menular (noncommunicable diseases).
Kondisi
terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(Carpenito, 1999).
Jenis – Jenis
Penyakit
kronis dan terminal termasuk dalam jenis penyakit tidak menular menurut depkes,
yang termasuk penyakit tersebut yaitu :
a.
Penyakit
Paru Obstruksi Menahun
b.
Penyakit
kardiovaskular
c.
Penyakit
gagal ginjal kronis
d.
Penyakit
Kanker
e.
Penyakit
Diabetes Mellitus
A.
Konsep
berduka dan kehilangan
1.
Pengertian
berduka dan kehilangan
Kehilangan
dapat bersifat actual atau dirasa. Kehilangan actual yaitu terjadi ketika seseorang tak bisa lagi merasakan, mendengarkan, atau mengenali
seseorang atau objek. Contohnya antara lain kehilangan bagian tubuh, kehilangan
harta benda, kehilangan orang
yang disayangi. Sedangkan kehilangan
yang dirasa didefinisikan secara
unik oleh seseorang yang mengalami rasa kehilangan dan bersifat tidak begitu jelas bagi individu lain.Contohnya yaitu
seseorang yang merasakan penolakan dari temannya.
Berduka
merupakan respon emosional terhadap rasa kehilangan, yang dimanifestasikan oleh
individudalam cara yang khusus, berdasarkan pengalaman personal, harapan,
budaya, dan kepercayaan spiritual. (Hooyman dan Kramer 2006 dikutip dari potter
dan perry 2010). Berduka ada yang normal, berduka disfungsional dan berduka
yang di antisipasi.
Berduka
yang normal yaitu dimana seseorang dapat melaui tahap berdukanya dan sampai
pada tahap penerimaan, sedangkan berduka disfungsional yaitu keadaaan dimana
individu berduka berkepanjangan atau kesulitan maju setelah proses kehilangan,
berduka yang diantisipasi yaitu berduka yang sebelumnya telah melaui tahap
persiapan, individu pada tahap ini sudah mengetahui bahwa kehilangan itu akan
terjadi. Contoh berduka yang diantisipasi yaitu pada klien yang menderita
kanker atau keluarga dengan salah satu anggotanya yang menderita kanker, dimana
penyakit tersebut akan berujung pada kehilangan, sehingga klien atau keluarga
diharapkan mampu mempersiapkan hal tersebut.
2.
Tahap
Berduka
Tahap berduka menurut Elizabeth Kubbler Ross dikutip dari
Potter dan Perry 2009 yaitu :
a.
Tahap
Penyangkalan ( Denial )
Dalam tahap ini klien
bertindak seperti tidak terjadi sesuatu dan menolak menerima kenyataan yang ada
dari kehilangannya. Klien seolah-olah tidak mengetahui hal yang telah terjadi. Sebagai
contoh: klien yang baru saja terdiagnosa kanker, akan menolak kenyataan dan
menyangkal diagnosa tersebut.
b.
Tahap
Marah ( Anger )
Dalam tahap ini klien
menunjukkan rasa marah dan menyalahkan kondisinya. Klien menyalahkan diri
sendiri, lingkungan, orang lain bahkan marah kepada Tuhan. Klien mungkin
menangis, berteriak, marah hebat, membentak. Sebagai contoh : Klien yang baru
terdiagnosa kanker akan marah terhadap keadaanya, menyalahkan dirinya mengapa
ini terjadi dan marah terhadap Tuhan yang telah memberi penyakit tersebut.
c. Tahap Depresi ( Depression )
Tahap ini klien mulai menyadari atas hal yang terjadi padanya namun belum menerima keadaannya. Beberapa individu merasa sedih, putus asa, dan rasa kesendirian yang berlebihan. Karena mengalami hal yang buruk, klien menarik diri dari lingkungan. Sebagai contoh : klien dengan kanker akan malu dengan kondisinya sehingga klien berusaha untuk tidak berhubungan dengan orang lain.
d. Tahap Tawar Menawar ( Bergaining )
Tahap dimana klien menunda kesadarannya atas hal yang terjadi padanya. Klien pada tahap ini berusaha untuk membuat janji pada orang yang di sayangi, pada diri sendiri bahkan terhadap Tuhannya bahwa jika dirinya bisa terhindar dari hal yang menakutkan tersebut. Sebagai contoh : klien tersebut tahu bahwa dia menderita kanker, namun dirinya belum mau menerima dan berusaha meminta pada Tuhan merubah hal tersebut.
e.
Tahap
Penerimaan ( Acceptance )
Pada tahap ini, klien
mulai menerima sesuatu yang terjadi pada dirinya dan mulai menata kembali
kehindupannya.
Sebagai contoh: klien
mau menerima kondisinya serta mulai mencari cara untuk mensiasati penyakitnya
dan mencari cara untuk kembali kekehidupan normalnya.
3.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi berduka dan kehilangan
Respon berduka tiap
individu berbeda satu sama lain, hal tersebut tergantung pada hal – hal berikut
:
a. Perkembangan
Manusia
Usia klien dan tahap
perkembangan mempengaruhi respon terhadap berduka dan kehilangan.
b. Hubungan
Personal
Status hubungan
seseorang dengan orang yang meninggal akan mempengaruhi respon seseorang
terhadap berduka dan kehilangan.
c. Sifat
dan rasa kehilangan
Menggali arti dari
suatu rasa kehilangan yang dimiliki klien dapat membantu perawat memahami
secara lebih baik dampak dari rasa kehilangan pada perilaku, kesehatan dan
kesejahteraan klien. (Corless 2006 dikutip dari Potter dan Perry 2010).
d. Strategi
Koping
Pengalaman individu
terhadap berduka dan kehilangan akan membentuk strategi koping bagi individu
tersebut. Individu yang pernah mengalami kehilangan akan berespon lebih tenang
dalam menghadapinya, berbeda dengan individu yang baru pertama kali mengalami
kehilangan.
e. Status
social ekonomi
Status social ekonomi
seseorang akan mempengaruhi kemampuannya dalam hal dukungan dan sumberdaya
untuk mengahadapi proses tersebut.
f. Budaya
dan Etnik
Budaya seseorang dan
struktur social lainnya akan mempengaruhi pandangan seseorang untuk berespon
terhadap berduka dan kehilangan.
g. Kepercayaan
spiritual keagamaan
Berduka dan kehilangan
erat kaitannya dengan hati dan pikiran seseorang. Spiritualitas seseorang akan
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berespon terhadap berduka dan
kehilangan. Individu yang memiliki kedekatan secara spiritual dengan Tuhan akan
memiliki kekuatan dan ketabahan yang lebih baik.
h. Harapan
Individu yang ,memiliki
harapan akan berusaha untuk melaui tahap berduka dengan baik. Dengan harapan,
seorang klien berpindah dari perasaan lemah, menuju kehidupan yang penuh
harapan. (Arnaert, Filteau, dan Sourial, 2006 dikutip dari Potter dan Perry
2010)
B.
Komunikasi
Terapeutik Pada Klien dengan Penyakit Kronis atau Penyakit Terminal
Seseorang
dengan penyakit kronis atau dengan penyakit terminal akan mengalami rasa
berduka dan kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal
tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal dan kronis merupakan
komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengethauan tentang
penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang proses berduka dan
kehilangan. Dalam berkomunikasi perewat menggunakan konsep komunikasi
terapeutik.
Saat
berkomunikasi dengan klien dengan kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul
penolakan dari klien. Dalam menghadapi kondisi tersebut, perawat menggunakan komunikasi
terapetik. Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan klien dan
keluarga melaui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi
intervensi pelayanan paliatif ( Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan
Perry 2010).
Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan
jujur, tunjukkan rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka,
serta amati respon verbal an nonverbal klien dan keluarga. Saat berkomunikasi
mungkin saja klien akan menghindari topic pembicaraan, diam, atau mungkin saja
menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah respon umum yang mungkin terjadi.
Respon berduka yang normal seperti kesedihan, mati rasa, penyangkalan, marah,
membuat komunikasi menjadi sulit. Jika klien memilih untuk tidak mendiskusikan
penyakitnya saat ini, perawat harus mengizinkan dan katakana bahwa klien bisa
kapan saja mengungkapkannya.
Beberapa
klien tidak akan mendiskusikan emosi karena alasan pribadi atau budaya, dan
klien lain ragu – ragu untuk mengungkapkan emosi mereka karena orang lain akan
meninggalkan mereka (Buckley dan Herth,
2004 dikutip dari potter dan perry 2010).
Memberi kebebasan klien memilih dan
menghormati keputusannya akan membuat hubungan terapeutik dengan klien
berkembang. Terkadang klien perlu mengatasi berduka mereka sendirian sebelum
mendiskusikannya dengan orang lain.
Ketika klien ingin membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan
tempat yang tepat.
Referensi :
Kozier,Barbara.(2004).Fundamentals Of Nursing: concepts, process, and
practice (7 th ed.). New Jersey : Pearson
Northouse, Peter Guy.(2010).Leadership : Theory and Practice.(5 th
ed.). USA : SAGE
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th
ed.).(vols 2.). dr Adrina &marina, penerjemah). Jakarta : Salemba Medika.
Stuart.G.W.,&Laraia.,M.T.(2005).Principles
and Practice Of psychiatric nursing.(8 th ed.).St Louis : MOSBY
WHO(1999).Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.(2 th ed). (dr.Popy
Kumalasari, Penerjemah).Jakarta : EGC
www1.us.elsevierhealth.com
www.pterrywave.com/nursing/care%20plans/39.
0 komentar:
Posting Komentar