ALO ( ACUTE LUNG OEDEMA )



A.          DEFINISI

ALO atau Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru baik di rongga interstisial dalam alveoli. (Bruner & Suddartk ; 798).

Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang Terjadi Secara Mendadak. 
(Aru W Sudoyo, Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam, 2006).

Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terjadinya Penumpukan Cairan Secara Masif Di Rongga Alveoli Yang Menyebabkan Pasien Berada Dalam Kedaruratan Respirasi Dan Ancaman Gagal Napas.

Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terkumpulnya Cairan Ekstravaskuler Yang Patologis Di Dalam Paru. (Soeparman;767).

B.      ETIOLOGI
Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, yaitu:
1.      Edema paru kardiogenik
Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler.
a.       Penyakit pada arteri koronaria
Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena adanya deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk gumpalan darah pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Akibatnya, otot jantung yang mengalami gangguan tidak mampu memompa darah lagi seperti biasa.
b.      Kardiomiopati
Penyebab terjadinya kardiomiopati sendiri masih idiopatik. Menurut beberapa ahli diyakini penyebab terbanyak terjadinya kardiomiopati dapat disebabkan oleh infeksi pada miokard jantung (miokarditis), penyalahgunaan alkohol dan efek racun dari obat-obatan seperti kokain dan obat kemoterapi. Kardiomiopati menyebabkan ventrikel kiri menjadi lemah sehingga tidak mampu mengkompensasi suatu keadaan dimana kebutuhan jantung memompa darah lebih berat pada keadaan infeksi. Apabila ventrikel kiri tidak mampu mengkompensasi beban tersebut, maka darah akan kembali ke paru-paru. Hal inilah yang akan mengakibatkan cairan menumpuk di paru-paru (flooding).
c.       Gangguan katup jantung
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi untuk mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat (stenosis) atau tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi). Hal ini menyebabkan darah mengalir kembali melalui katub menuju paru-paru.
d.      Hipertensi
Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan pada otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri koronaria.
2.      Edema paru non kardiogenik
Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena keainan pada jantung tetapi paru itu sendiri. Pada non-kardiogenik, alo dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1.      Infeksi pada paru
2.      Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru.
3.       Paparan toxic
4.      Reaksi alergi
5.      Acute respiratory distress syndrome (ards)
6.      Neurogenik


C.      PATOFISIOLOGI
Alo kardiogenik dicetuskan oleh peningkatan tekanan atau volume yang mendadak tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan (peningkatan tekanannya) ke kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmhg. Mekanisme fisiologis tersebut gagal mempertahankan keseimbangan sehingga cairan akan membanjiri alveoli dan terjadi oedema paru. Jumlah cairan yang menumpuk di alveoli ini sebanding dengan beratnya oedema paru. Penyakit jantung yang potensial mengalami alo adalah semua keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri >25 mmhg.

Sedangkan alo non-kardiogenik timbul terutama disebabkan oleh kerusakan dinding kapiler paru yang dapat mengganggu permeabilitas endotel kapiler paru sehingga menyebabkan masuknya cairan dan protein ke alveoli. Proses tersebut akan mengakibatkan terjadinya pengeluaran sekret encer berbuih dan berwarnapink froty. Adanya sekret ini akan mengakibatkan gangguan pada alveolus dalam menjalankan fungsinya.

D.      MANISFESTASI KLINIS
Alo dapat dibagi menurut stadiumnya (3 stadium),
a.      Stadium 1
Adanya distensi pada pembuluh darah kecil paru yang prominen akan mengganggu pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi co. Keluhan pada stadium ini biasanya hanya berupa sesak napas saat melakukan aktivitas.
b.     Stadium 2
Pada stadium ini terjadi oedema paru interstisial. Batas pembuluh darah paru menjadi kabur, demikian pula hilus serta septa interlobularis menebal. Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor interstisial akan lebih mempersempit saluran napas kecil, terutama di daerah basal karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi reflek bronkokonstriksi yang dapat menyebabkan sesak napas ataupun napas menjadi berat dan tersengal.
c.      Stadium 3
Pada stadium ini terjadi oedema alveolar. Pertukaran gas mengalami gangguan secara berarti, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita tampak mengalami sesak napas yang berat disertai batuk berbuih kemerahan (pink froty). Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.

E.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan laboratorim rutin (DL, BGA, LFT, RFT) dan BNP.
2.      Foto thorax
3.      Pemeriksaan EKG, dapat menerangkan secara akurat adanya takikardia supra ventrikular atau arterial. Selain itu, EKG dapat memprediksi adanya iskemia, infark miokard dan LVH yang berhubungan dengan ALO kardiogenik.
4.      Pemeriksaan ekokardiografi

F.     PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Sistem Integumen
Subyektif  : -
Obyektif    :   kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
2.      Sistem Pulmonal
Subyektif       :       sesak nafas, dada tertekan
Obyektif        :       Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
                       (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,
3.      Sistem Cardiovaskuler
Subyektif        :       sakit dada
Obyektif      :     Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahan
4.      Sistem Neurosensori
Subyektif       :       gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif        :       GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
5.      Sistem Musculoskeletal
Subyektif       :       lemah, cepat lelah
Obyektif        :       tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
                                                penggunaan otot aksesoris pernafasan.
6.      Sistem genitourinaria
Subyektif       :       -
Obyektif        :       produksi urine menurun,
7.      Sistem digestif
Subyektif       :       mual, kadang muntah
Obyektif        :       konsistensi feses normal

G.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan pertukaran gas b/d gangguan difusi jaringan
2.      Kelebihan volume cairan b/d adanya cairan di dalam alveolus
3.      Intoleransi aktivitas b/d berkurangnya suplai oksigen

H.       INTERVENSI KEPERAWATAN
1.     Gangguan pertukaran gas b/d gangguan difusi jaringan
Tujuan :  Setelah dilakukan perawatan selama 2 X 24 jam masalah gangguan pertukaran gas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :   -Sesak nafas berkurang
                            -Respirasi dalam batas normal
Intervensi
1)     Berikan posisi semi fowler/fowler
2)     Berikan lingkungan yang nyaman
3)     Kaji keluhan sesak
4)     Kaji ttv
5)     Pantau hasil agd
6)     Kolaborasi dalam pemberian oksigen

2.     Kelebihan volume cairan b/d adanya cairan di dalam alveolus
Tujuan :  Setelah dilakukan perawatan selama 2 X 24 jam masalah gangguan keseimbangan cairan dapat teratasi.
Kriteria Hasil :   -Tidak terjadi oedema dikaki
                            -Turgor kulit bagus
Intervensi
1)      Monitor intake dan output cairan
2)      Monitor pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi, dan warna
3)     Kolaborasi dalam pemberian terapi seperti diuretik, ntg, dll

3.     Intoleransi aktivitas b/d berkurangnya suplai oksigen
Tujuan :  Setelah dilakukan perawatan selama 2 X 24 jam masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :   -Pasien tidak lemas lagi
                            -Dapat beraktivitas tanpa gangguan
Intervensi
1)     Anjurkan untuk total bed rest
2)     Pantau skala kekuatan otot
3)     Berikan lingkungan yang nyaman
4)     Kolaborasi dalam memberikan oksigen

I.        EVALUASI

Diagnosa I
Ø  Px tidak sesak nafas lagi
Ø  Respirasi dalam batas normal

Diagnosa II
Ø  Tidak terjadi adanya oedema di kaki
Ø  Turgor kulit px baik

Diagnosa III
Ø  Px tidak merasa lemas lagi
Ø  Px mampu beraktivitas tanpa gangguan





DAFTAR PUSTAKA

Doenges, marylin e.,dkk. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc
Suhaemi, emi mimin. 2002. Etika keperawatan: aplikasi dalam praktik. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc a.price, sylvia. 1994.
Patofisiologi konsep klinis proses penyakitJakarta : penerbit buku kedokteran : EGC



0 komentar:

Posting Komentar

 

Support

Support

Support

Support

Support

Support