Pagi
itu, tanggal 29 Juli 2014 tepat pukul 08.00 WIB Saya dan ke tiga rekan “Sagulung Sakasur”, Adaw, Ucuy dan Icky On time
berkumpul di Base Camp Komunitas kami bernama ‘ SKAS Ranger ’. karena pagi ini
sesuai rencana yang sudah di bicarakan jauh hari sebelumnya, kami ber-empat
akan menjalankan misi menjelajahi negeri seribu Curug (air terjun) yakni daerah Ciemas- Curug Cikanteh- Curug
Cimarinjung, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Sebenarnya
daerah yang kami akan jejaki bukan daerah “Perawan” lagi, karena daerah
tersebut sudah cukup tersohor bagi pecinta traveler atau backpacker, terbukti
dari beberapa blog yang sudah memposting daerah ini sebelum kami. Dan lucunya
pula daerah ini banyak di kenali oleh orang-orang di luar daerah sukabumi sendiri,
termasuk kami yang baru menginjakan kaki di daerah Ciemas ini.
Sekedar
info bahwa daerah ciemas ini termasuk salah satu warisan Geopark yang di miliki
Jawa Barat, Di daerah Ciletuh inilah, terdapat kelompok bebatuan berumur paling
tua di Pulau Jawa. Keberadaan geopark menjadikan
daerah ini sangat eksotis dan langka secara geologi, Gugus batuan di sini yaitu
batuan bancuh yang berumur pra-tersier atau zaman kapur sekitar 55 juta hingga
65 juta tahun lalu, kandungan fosil, proses, dan bentang alam, serta proses
geotektonik yang jarang ditemukan. Semua itu merupakan bukti proses alam
khususnya geologi yang dapat diunggulkan dan dibanggakan Provinsi Jabar.
Pukul
08.00 kami berangkat dari kampung Cicatih melalui jalur jalan raya Cikembar pos
Yonif 310, dari sinilah perjalan di mulai, jalan dengan tipe halus, kasar,
rusak, berbatu, berlubang, berkelok akan di temui hingga nanti akan sampai pos
1 di daerah Kiara-Dua, dan disini akan ditemui banyak rest area dan warung-warung
yang cukup untuk bersantai dengan mempersiapkan GPS dan bahan bakar utuk trip
berikutnya, simplenya jika di urut dari awal keberangkatan yakni Daerah Cicatih-Cikembang-Cikembar-BojongLopang-Lengkong-KiaraDua.
Waktu tempuh dari awal keberangkatan sampai pos 1 ± 2 jam. Dan kami tempuh pas
jam 10.00 sampai di Pos Kiara Dua.
Sembari
mempersiapkan di Pos 1 dan istirahat, kami buka kembali peta menuju daerah Ciemas,
karena jujur kami masih buta daerah tersebut. Sudah yakin dengan patokan yang
akan kami lewati , setelah ±30 menit di rest area kami mulai kembali perjalanan
pukul 10.30. dari pos 1 nanti akan di temukan 2 jalur menuju daerah Ciemas,
yakni melalui daerah Surade dan daerah jalur Perkebunan teh dan karet PT.
Bojong Asih, tidak sulit untuk menuju ke dua jalur tersebut karena penunjuk
arah sudah cukup jelas untuk di daerah ini. Dan kami ber-empat mengambil jalur Perkebunan
teh dan karet PT. Bojong Asih.
Masuk
jalur tersebut seperti biasa kami tidak kaget karena jalur ini sudah
terprediksi termasuk track yang cukup terjal dengan bebatuan besar, jalan
kerikirl, berkelok, dan jurang yang cukup menegangkan, dan hal itu yang menjadi
‘sesuatu’ dari sebuah perjalanan.
Sepenjang
jalan itu kami disuguhkan berbagai keindahan alam yang eksotis, perkebunan yang
tandus, danau di pinggir jalan, perkebunan buah Naga dan Nanas yang sangat luas,
dan hal itu tidak pernah kami bayangkan, ternyata di daerah sukabumi ada tempat
yang gokil. Juga keramahan warga sekitar yang tidak perlu lagi diragukan,
sehingga kami tidak sungkan untuk bertanya daerah yang akan kami tuju.
Saat
tiba di persimpangan pos kedua yakni daerah Taman Jaya pada pukul 11.40, kami
di bingungkan dengan jalan yang bercabang, karena ternyata jalur ini bisa
tembus juga ke Surade, dan dari sini bisa pula ke Ujung Genteng di tempuh ± 2
jam. Setelah kami bertanya ke warga sekitar dan di tunjukan jalan menuju kampong
Ciwaru - Curug Cikanteh kami jalan kembali.
Menuju
Curug Cikanteh, di sepanjang mata memandang dari kejauhan sudah terlihat
beberapa curug yang akan kita tuju itu, pun dengan pantai bila menoleh ke
sebelah kiri akan terlihat pantai palampang indah dari atas tebing, hal ini
yang membuat kami ingin segera sampai di tempat tujuan. Seperti di film-film
Hobbit, Lord of the ring atau Journey 2 tempat ini memang mirip-mirip yang ada
di film tersebut.
Hampir
dekat dengan tempat tujuan tiba pukul 13.15, kami di suguhkan kembali dengan
persimpangan menuju Curug Cikanteh dan Curug Cimarinjung, dari sini kami
meminta petunjuk lagi ke warga sekitar.
Sampai
di tempat tujuan yakni Curug Cikanteh, sebelum menuju tempat tersebut ada
beberapa spot keren untuk objek fotografi, hamparan pesawahan hijau, pohon
kelapa di tambah lompatan air terjun di kejauhan rekomended untuk selfie dulu.
Tiba
di Curug Cikanteh pukul 14.00 , retribusi masuk per motor ± Rp. 5000. Namun sayangnya
tidak ada tempat parkiran yang pas, jadi kami bawa saja motor sampai di dekat
Curug Cikanteh.
Rencana awal setelah dari Curug Cikanteh, kami langsung lanjut
ke Curug Cimarinjung, Disini kami dapat info dari warga jika ke Curug Cimarinjung
waktu tempuhnya ±1 Jam. Maka dari itu karena takut kemalaman di jalannya, Setelah
dari Curug Cimarinjung rencana ber-malam di Ujung genteng memerlukan waktu
tempuh lagi ± 2 jam, kami lanjut lagi menuju Curug Cimarinjung.
Benar
saja, sesuai info warga kami tiba pukul 15.00-an di Curug Cimainjung, di
sepanjang perjalanan nanti akan terlihat pula dari kejauhan Curug Cimarinjung
berdekatan dengan pinggir pantai palampang, sebelum sampai ke Curug tersebut
kami melewati Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang cukup besar.
Tiba di area Curug
Cimarinjung kami titipkan kembali motor ke warga sekitar dengan membayar uang parkir
Rp. 3000 per-motor dan tidak di pungut biaya retribusi, hal ini membuat saya
bertanya? mengapa tempat se-indah dan se-eksotis ini tidak di kelola dengan
baik oleh pemerintah daerah. Sangat di sayangkan sekali.
Menuju
Curug Cimarinjung kami melewati saluran irigasi atau bahasa sundanya Solokan ±10
menit jika berjalan kaki, dan disarankan untuk mematuhi aturan yang terpampang
di sepanjang saluran irigasi itu. Sampai di bawah guyuran Curug Cimarinjung
Setinggi ±25 meter kami berselfie ria pula sambil memuji kebesaran yang maha
kuasa, karena tempat ini memang benar - benar indah, tidak salah kami sebut
daerah ini sebagai Hidden Paradise. Di Curug Cimarinjung kami tidak dapat
berenang dikarenakan samping kiri-kananya berbatasan dengan tebing yang curam,
serta arus yang besar dan air yang agak kotor sangat berbahaya jika memaksakan
untuk tetap berenang.
Setelah
menikmati Curug Cimarinjung, dan beristirahat sejenak, yang kami pikirkan
kemudian untuk bermalam di daerah Curug saja, tetapi melihat daerah cukup sepi
dengan wisatawan dan mungkin sulit mencari tempat penginapan, maka kami
memutuskan bermalam sesuai rencana di Ujung Genteng. Pukul 16.00 kami berangkat
menuju Ujung Genteng memalui track tadi yang kami lewati dan menuju jalur
surade di persimpangan Pos 2.
Pukul
17.20 kami tiba di Ujung Genteng pas dengan adanya Sunset sore, yang sangat
bersahabat, sebelum masuk ke Daerah Ujung Genteng kami bayar masuk Retribusi
wisata ±Rp. 10.000 per –motor.
Bermalam
di Ujung Genteng tidak perlu khawatir mencari penginapan dengan harga murah
maupun harga selangit, tinggal pandai memilih saja sesuai budget yang dimiliki,
seperti kami dengan memilih penginapan ekonomis ±Rp. 225.000 per-malam,
worth-it lah dengan 1 kamar luas dan toilet di dalam plus Kopi susu-hitam dan mie rebus serta bakar ikan kakap yang begitu nikmat.
Perjalanan
ini pun kami akhiri pukul 08.00 pagi kembali dari Ujung Genteng ke Sukabumi,
dan nyucruk galur ini tidak akan berhenti menjejaki tempat yang belum kita
ketahui.
Salam lestari-Salam travelista.
keren
BalasHapus